Pages

Senin, 23 April 2012

Sekripsi: PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG MENGGUNAKAN POLA BELAJAR TERBIMBING OLEH GURU DENGAN TUTOR SEBAYA SMP NEGERI 4 METRO TP 2010/2011

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam perkembangan suatu negara. Kemajuan suatu negara dalam segala bidang baik dalam bidang ekonomi, teknologi, pertanian maupun yang lainnya tidak terlepas dari peran pendidikan. Hal ini dikarenakan orang cerdas atau berpendidikan akan memberikan kontribusi yang positif bagi perkembangan suatu negara.
Dalam perkembangan pendidikan di Indonesia yang perlu diperhatikan bahwa pendidikan akan berhasil dengan maksimal manakala setiap elemen dari pendidikan senantaasa memegang teguh tujuan pendidikan nasional. Adapun tujkuan pendidikan nasional menurut UU No. 22 tahun 2006 disebutkan bahwa:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Untuk menjawab tuntutan tersebut, dewasa ini telah benyak dilaksanakan kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Hal ini dapat kita lihat dari banyaknya perubahan dan perbaikan pada sistem pendidikan dari berbagai aspek, kebijakan, kurikulum maupun segi materiil.

Guru sebagai salah satu pelaksana pendidikan maka harus dapat mengembangkan kemampuan peserta didik secara optimal baik dalam berkreasi, mandiri, bertanggung jawab, dan dapat memecahkan masalah-masalah yang dapat dihadapi. Sehingga nantinya peserta didik mampu melaksanakan fungsinya sebagai warga negara. Dalam mengembangkan peserta didik secara optimal maka tidak terlepas dari pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik. Hal terpenting dalam pembelajaran adalah ketika proses pembelajaran itu sendiri, dimana terjadinya transfer pengetahuan antara guru dengan peserta didik serta peserta didik yang satu dengan yang lainnya.
Dari hasil prasurvei yang peneliti lakukan di SMP Negeri 4 Metro, diperoleh data tentang hasil belajar siswa kelas VIII semester ganjil tahun pelajaran 2009/2010. Dari data yang diperoleh, terlihat bahwa banyak siswa yang masih memiliki hasil belajar yang belum tuntas. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Data Nilai Hasil Belajar Siswa dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Senilai 70 pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 4 Metro TP 2009/2010

No
Nilai
Kategori
Jumlah
Persentase
1
70
Tuntas
11
33,3%
2
< 70
Tidak Tuntas
22
67,7%
Jumlah

100%
Sumber: Daftar nilai sub sumatif kelas VIIID semester ganjil SMP Negeri 4 Metro tahun pelajaran 2009/2010

Berdasarkan  tabel di atas, siswa yang memperoleh nilai katagori tuntas 33,3% dan Katagori tidak tuntas 66,7%  dengan Standar Ketuntasan Minimal/KKM 70.
            Hasil observasi dan wawancara yang ditujukan bagi siswa, diperoleh hasil:
1.      Terdapat siswa yang tidak memperhatikan saat pembelajaran.
2.      Terdapat siswa yang tidak bisa mengerjakan soal baik tugas maupun latihan.
3.      Terdapat siswa yang cenderung menyalin jawaban guru daripada mengerjakan sendiri.
4.      Siswa yang pandai lebih mendominasi dalam pembelajaran maupun pengerjaan soal.
Dari pemaparan di atas, terdapat permasalahan yang sangat urgen bahwa siswa membutuhkan pola belajar yang tepat agar mereka menyenangi materi yang disampaikan. Siswa akan lebih tertarik dalam belajar apabila dalam kelas tersebut dilaksanakan proses pembelajaran yang menerapkan keaktifan siswa. Hal itu juga menuntut keaktifan dari seorang guru yang mengarahkan dan membimbing dalam proses belajar mengajar siswa aktif.
Untuk mengangani permasalahan tersebut, teman sebaya yang memiliki kemampuan yang lebih bisa diberdayakan untuk membantu mengajarkan apa yang telah didipatnya dari sumber belajar yang telah diterimanya. Diharapkan dengan adanya bimbingan baik dari guru maupun teman sebaya siswa tidak merasa sungkan dan lebih termotivasi dalam belajarnya. Sehingga diharapkan hasil belajar yang diperoleh akan meningkat.
Dengan pertimbangan inilah yang mendorong penulis untuk meneliti masalah ini, mengingat pentingnya suatu pola pengajaran. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka penulis mengemukakan judul makalah ilmiah:
“PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA ANTARA SISWA YANG MENGGUNAKAN POLA BELAJAR TERBIMBING OLEH GURU DENGAN TUTOR SEBAYA SMP NEGERI 4 METRO TP 2010/2011”.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka disusun rumusan masalah dalam penelitian sebagai berikut:
1.    Apakah ada perbedaan rata-rata hasil belajar matematika antara yang menggunakan pola belajar terbimbing oleh guru dan tutor sebaya?
2.    Mana yang lebih tinggi hasil belajar matematika antara yang menggunakan pola belajar terbimbing oleh guru dan tutor sebaya?

C.    Tujuan Penelitian
1.      untuk mengetahui perbedaan hasil belajar matematika antara siswa yang diajar dengan menggunakan pola belajar terbimbing oleh guru dan tutor sebaya.
2.      untuk mengetahui mana yang lebih tinggi hasil belajar matematika antara siswa yang diajar dengan menggunakan pola belajar terbimbing oleh guru dan tutor sebaya.

D.    Manfaat Penelitian
Adapun kegunaan dalam penelitian ini adalah:
  1. bagi siswa, untuk memilih pola belajar yang sesuai  dengan kebutuhan siswa sehingga dapat dibandingkan mana yang lebih tinggi untuk dipergunakan di antara pola belajar tersebut.
  2. bagi guru, untuk membantu memilih metode mengajar yang lebih baik yang sesuai bagi siswanya serta akan lebih memudahkan memahami karakteristik individu di kelas.
  3. bagi sekolah, sebagai upaya peningkatan hasil belajar matematika dan perbaikan proses belajar mengajar di sekolah.

E.     Ruang Lingkup Penelitian
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dari penelitian yang akan dilaksanakan, maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi sebagai berikut:
1.      Sifat Penelitian
Sifat Penelitian adalah Kuantitatif
2.      Jenis Penelitian
Jenis Penelitian yang akan dilakukan adalah Komparatif atau Perbandingan.
3.      Objek Penelitian
a)      Variabel Bebas
1.      mengunakan pola belajar terbimbing oleh guru (X1)
2.      mengunakan pola belajar terbimbing oleh tutor sebaya (X2)
b)     Variabel Terikat
Hasil Belajar (Y)
4.      Subjek Penelitian
Siswa kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 4 Metro.
5.      Waktu Penelitian
Adapun waktu penelitian yang peneliti lakukan adalah pada Tahun Pelajaran 2010-2011
6.      Lokasi Peneliatian
SMP Negeri 4 Metro, Alamat: Jalan Kemiri 15 A Iring Mulyo Metro Timur - Kota Metro. Telp./Fax. (0725) 41405.
 E-mail:smpn4@smpn4metro.com. Website: http://www.smpn4metro.com
7.      Pokok Bahasan
Pokok Bahasan adalah Persamaan Garis Lurus

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Pustaka Yang Menyangkut Variabel Penelitian
  1. Pola Belajar
Banyak ragam pola belajar yang dikemukakan oleh para ahli, banyak pula perbedaan variasi dan streessing (penekanan) dari suatu pola belajar oleh masing-masing ahli. Menurut Sriyono (dalam Roestiyah, 2000: 106) menyatakan bahwa: “pola belajar adalah rangkaian prosedur dalam belajar yang dapat membantu siswa dalam menguasai materi pelajaran. Pola belajar diantaranya pola belajar mandiri, pola belajar terbimbing, pola belajar kelompok, pola belajar diskusi dan lain-lain. Masing-masing dari pola belajar tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Dalam pelaksanaannya pola belajar mandiri telah biasa dilakukan oleh siswa dirumahnya masing-masing.
Berdasarkan pendapat di atas, pola belajar adalah suatu cara untuk mendapatkan pengetahuan sehingga dapat membantu siswa dalam menguasai suatu materi pelajaran. Beberapa pengajaran dalam suatu pola belajar antara lain: pola belajar mandiri, pola belajar terbimbing, pola belajar kelompok, pola belajar diskusi dan lain-lain.

Menurut Roestiyah (2000: 58) menyimpulkan bila kita membicarakan mengenai pola belajar, berarti kita akan mebicarakan tentang: komponen-komponen dasar dalam proses belajar secara menyeluruh, model pembelajaran, dan jenis dan tingkah laku kepemimpinan guru sebagai pribadi yang mengarahkan, mengawasi dan mengatur pelaksanaannya.
Sedangkan Glasser (dalam Rohani, 2004:74) mengemukakan ada 4 komponen pola belajar yaitu:
1)      IO (Instruksional Objektives) atau Tujuan Pengajaran.
2)      EB (Entering/Entry Behavior) atau Pengenalan Kemampuan Awal.
3)      IP (Instruksional Procedures) atau Proses Mengajar/Pengajaran.
4)      PA (Performance Assesment) atau Penilaian Terhadap Capaian Tujuan Pengajaran.

Menurut Alma (2008:78) bahwa dilihat dari sudut penyusunan strategi belajar mengajar, maka ada beberapa pola belajar yang dapat dipertimbangkan oleh guru dan siswa agar kegiatan belajar mengajar  dapat berjalan secara teratur menurut pola tertentu. Dalam pola belajar ini akan sekaligus tercerminkan sikap guru dan kegiatan siswa serta interaksi antara keduanya. Pola-pola belajar itu diantara terdiri dari pola belajar individu, pola belajar kelompok, pola belajar terbimbing, pola belajar leaving (meninggalkan), pola belajar supervising (supervisi).
Lebih jauh, Alma (2008:79) mengemukakan bahwa pola belajar ini dapat dijadikan pertimbangan dasar dalam menampilkan keterampilan-keterampilan mengajar secara tepat termasuk pemilihan metode mengajar. Namun demikian pemilihan pola mengajar inipun biasanya dilakukan atas pertimbangan:
(1)tujuan pengajaran; (2)karakteristik bahan yang diajarkan; (3)alokasi waktu yang tersedia; (4)karakteristik siswa; (5)kemampuan guru itu sendiri.

Dari berbagai kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sangat bergantung dari pola-pola belajar yang akan diterapkan. Maka dari itu diharapkan para guru sabagai pendidik mampu mengimplementasikan pola belajar yang tepat dalam kegiatan belajar mengajarnya.

a.                            Pola Belajar Terbimbing
Pola belajar terbimbing adalah salah satu upaya yang dilakukan untuk memperhatikan adanya perbedaan kemampuan siswa dalam belajar, karena guru guru sebagai pembimbing siswa didalam kelas maka harus mampu melihat perbedaan-perbedaan individual siswa sehingga guru dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Karena jika pola belajar terbimbing oleh guru, menerapkan pembelajaran bimbingan oleh guru.
Bimbingan dipergunakan dalam membantu murid atau sekelompok murid dalam memecahkan masalah. Masalah yang dihadapi mungkin bersifat kelompok yaitu yang dirasakan bersama oleh kelompok atau bersifat individual yaitu yang dirasakan individu sebagai anggota kelompok. Dengan dmikian bimbingan kelompok dimaksudkan un tuk memecahkan/mengatasi masalah bersama.
Menurut Baraja (2004: 44) mengemukakan bahwa:
Bimbingan mempunyai arti menunjukkan jalan, menuntun, mengatur, mengarahkan, memberikan nasehat sehingga mampu memberikan informasi dengan cara menyajikan pengetahuan atau menuntun ke sebuah jalan. Tujuan itu mungkin diketahui oleh pihak yang mengarahkan, mungkin  perlu diketahui oleh kedua belah pihak.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat diketahui bimbingan yang diberikan oleh seseorang pada individu maupun sekelompok orang adalah bertujuan untuk membantu dan menggerakkan agar permasalahan-permasalahan yang dihadapinya dapat terselesaikan.
Penyelengagaran belajar melalui bimbingan guru akan memberikan manfaat yang lebih banyak yaitu meningkatkan keaktifan dan motivasi siswa dalam belajar sehingga akan meningkat. Menurut Perceivel Huston (dalam Ahmadi, 2004:115) yang dapat berperan sebagai pembimbing yang efektif adalah guru yang mempunyai kemampuan (kelebihan dalam hal mengajar bidang studi):
1)   Dapat menimbulkan minat dan semangat dalam bidang studi yang diajarkan.
2)   Memiliki kecakapan sebagai pemimpin murid.
3)   Dapat menghubungkan materi pelajaran dalam pengerjaan praktis.

Sedangkan menurut Ahmadi (2004:115) mengemukakan peranan guru dalam bimbingan belajar memiliki tugas dan tanggung jawab yaitu:
a)    Guru sebagai designer of instruction atau perancang pengajaran dituntuk memiliki kemampuan untuk merencanakan (merancang) kegiatan belajar mengajar secara efektif dan efisien. Untuk itu seorang guru harus memiliki pengetahuan yang cukup memedai tentang prinsip-prinsip balajar sebagai suatu bahan dalam merencanakan kegiatan belajar mengajar.
b)   Guru sebagai manager of instruction (pengelola pengajaran), dituntut untuk memiliki kemampuan mengelola seluruh proses kegiatan belajar mengajar dengan menciptakan kondisi-kondisi belajar sedemikian rupa sehingga setiap murid dapat belajar den gan efektif dan efisien.
c)    Guru sebagai evaluator of student learning, dituntut secara terus menerus mengikuti hasil-hasil (prestasi) belajar yang telah dicapai murid-muridnya dari waktu ke waktu.
d)   Guru sebagai pembimbing, dituntut mengadakan pendekatan bukan saja melalui pendekatan instruksional akan tetapi dibarengi dengan pendekatan yang bersifat pribadi (personal approach) dalam setiap proses balajar mengajar berlangsung. Dengan pendekatan pribadi semacam ini guru akan secara lengsung mengenal dan memahami muri-muridnya secara lebih mendalam sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang optimal.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru sebagai pembimbing sekaligus berperan dalam proses balajar mengajar. Menurut Ahmadi (2004:115) sebagai pembimbing dalam belajar mengajar diharapkan mampu untuk:
a)    Memberikan berbagai informasi yang diperlukan dalam proses belajar mengajar.
b)   Membantu setiap siswa dalam mengatasi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya.
c)    Mengevaluasi hasil setiap langkah kegiatan yang telah dilakukannya.
d)   Memberikan kesempatan yang memadai agar setiap murid dapat belajar sesuai dengan karakteristik pribadinya.
e)    Mengenal dan memahami setiap murid baik secara individual maupun secara kelompok.

Untuk itulah para guru perlu memahami prinsip-prinsip bimbingan dan menerapkan dalam proses belajar mengajar. Sehingga guru akan secara langsung mengenal dan memahami peserta didik secara lebih mendalam sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang lebih optimal.

b.   Pola Belajar Terbimbing oleh Tutor Sebaya
Dalam pembelajaran matematika sebenarnya telah banyak upaya yang dilakukan oleh guru kelas untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Namun usaha itu belum menunjukan hasil yang optimal. Rentang nilai siswa yang pandai dengan siswa yang kurang pandai terlalu mencolok. Untuk itu perlu diupayakan pula agar rentang nilai antar siswa tersebut tidak terlalu jauh yaitu dengan memanfaatkan siswa yang pandai untuk menularkan kemampuannya pada siswa lain yang kemampuannya lebih rendah. Tentu saja guru yang menjadi perancang model pembelajaran harus mengubah bentuk pembelajaran yang lain.
Pembelajaran tersebut adalah pembelajaran tutor sebaya. Menurut Kuswaya Wihardit (dalam Anonim, 2010) menuliskan bahwa:
“Pengertian tutor sebaya adalah seorang siswa pandai yang membantu belajar siswa lainnya dalam tingkat kelas yang sama. Di sisi lain yang menjadikan matematika dianggap siswa pelajaran yang sulit adalah bahasa yang digunakan oleh guru. Dalam hal tertentu siswa lebih paham dengan bahasa teman sebayanya daripada bahasa guru. Itulah sebabnya pembelajaran tutor sebaya diterapkan dalam proses pembelajaran matematika”.

Kalau kita deinisikan secara singkat kelompok sebaya terdiri dari individu yang rata-rata usianya hampir sama. Menurut Silberman (2000:157) bahwa:
“Suatu mata pelajaran benar-benar dikuasai hanya apabila seorang peserta didik mampu mangajarkan kembali pada peserta didik lain dan mengajar teman sebaya memberikan kesempatan pada peserta didik dalam mempelajari sesuatu dengan lebih baik pada waktu yang sama, ia menjadi narasumber bagi yang lain.

Sedangkan Hisyam Zaini (dalam Anonim, 2010) menyatakan bahwa:
“Metode belajar yang paling baik adalah dengan mengajarkan kepada orang lain. Oleh karena itu, pemilihan model pembelajaran tutor sebaya sebagai strategi pembelajaran akan sangat mebantu siswa di dalam mengajarkan materi kepada teman-temannya”.

Untuk dapat mempertahankan keakraban dan rasa memiliki di dalam kelompok maka perlu diperhatikan jumlsh anggota kelompok tersebut. Agar penyelenggaraan belajar melalui pembelajran kelompok tutor sebaya dapat berlangsung dengan baik maka perlu diperhatikan langkah-langkah pelaksanaannya. Seperti yang dikemukakan semiawan (dalam Baraja, 2004:145) menyatakan bahwa selain bantuan tutorial dilaksanakan di kelas maka:
    1. beberapa siswa yang pandai mempelajari suatu topik di rumah
    2. guru memberikan gambaran umum tentang topik yang akan dibahas.
    3. kelas dibagi dalam kelompok dan salah satu siswa yang pandai disebar keseluruh kelompok untuk memberi bantuan.
    4. guru memberikan bimbingan kepada siswa yang memrlukan bimbingan.
    5. jika ada masalah yang tidak dapat dipecahkan siswa yang pandai meminta bantuan kepada guru.

Dari hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pola pembelajaran terbimbing oleh tutor sebaya diharapkan mampu membangun kerjasama dan lebih termotivasi dalam belajar karena tutor sebaya lebih tahu tentang keadaan temannya dalam belajar.

  1. Belajar
Pengertian belajar yang selalu kita dapatkan dari setiap ahli menunjukkan variasi yang beragam. Keragaman dari pengertian yang diberikan itu menekankan pada segi tertentu. Belajar merupakan kewajiban bagi setiap manusia dan dalam proses belajar akan meningkatkan serta membantu aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Maka banyaknya para ahli yang mengemukan definisi belajar menurut Gagne (dalam Sagala, 2003:17) mengemukakan bahwa “Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja”.
Menurut Sardiman (2005:28) bahwa “Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan”.
Lebih lanjut Sardiman (2007:33) mengemukakan bahwa:
Belajar adalah pembentukan hubungan antara stimulus dan respon, antara aksi dan reaksi. Antara stimulus dan respon ini akan terjadi suatu hubungan yang erat kalau sering dilatih. Berkat latihan yang terus menerus, hubungan antara stimulus dan respon itu akan menjadi terbiasa, otomotis.

Sedangkan Fudyartanto (dalam Baharrudin, 2007:13) memberikan pengertian bahwa “Belajar adalah memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, mengusai pengalaman dan mendapatkan informasi atau menemukan”.
Menurut Gagne (dalam Sagala, 2003:21-22) mengemukakan delapan tipe belajar, salah satu diantaranya adalah:
      Belajar aturan atau hukum-hukum (rule learning) tipe belajar ini terjadi dengan mengumpulkan sejumlah sifat kejadian yang kemudian tersusun dalam macam-macam aturan. Aturan-aturan ini jadinya tersusun dari kejadian-kejadian yang khusus dan dapat disebut sebagai hukum dari kaidah rumus dan sebagainya.
Dari beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan belajar adalah suatu perubahan yang terjadi karena ada pengalaman baru dari suatu proses usaha dan latihan yang disengaja atau dilakukan secara sadar.
Banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar matematika yang penyebabnya adalah kurangnya kesiapan siswa untuk mempelajari bidang studi tersebut. Abdurrahman (2003:273) mengemukakan berbagai bentuk kegiatan belajar prasangka yang merupakan landasan bagi siswa dalam belajar matematika. Berbagai bentuk kegiatan belajar tersebut adalah sebagai berikut:
(1) mengelompokkan benda-benda menurut sifatnya; (2) mengenal jumlah anggota kelompok benda; (3) menghitung benda-benda; (4) memberi nama angka yang muncul setelah angka tertentu (misalnya, “Angka berapa yang muncul setelah angka 6?”); (5) menulis angka dari 0 hingga 10 dalam urutan yang benar; (6) mengukur dan membelah; (7) mengurutkan benda dari yang besar ke yang kecil, yang panjang ke yang pendek; dan (8) menyusun bagian-bagian menjadi keseluruhan.
Belajar matematika harus dibangun atas fondasi yang kokoh tentang konsep dan keterampilan. Menurut Abdurrahman (2003:275), fondasi yang kokoh tersebut dapat diperoleh jika guru:
(1) menekankan pembelajaran matematika lebih pada pemberian jawaban atas berbagai persoalan daripada menghafal tanpa pemahaman; (2) memberikan kesempatan yang cukup kepada siswa untuk melakukan generalisasi ke berbagai macam aplikasi dan pengalaman dengan berbagai cara memecahkan masalah dari apa saja yang dipelajari; (3) mengajarkan matematika secara koheren, yang mengaitkan antara toppik yang satu dengan topik yang lain; (4) menyajikan pembelajaran yang saksama sehingga siswa memperoleh latihan yang diperlukan; dan (5) menggunakan program yang sistematis yang memungkinkan konsep dan keterampilan yang akan diajarkan berdiri di atas konsep dan keterampilan yang telah dikuasai dengan baik.
Menurut Liebeck (dalam Abdurrahman, 2003:253) ada dua macam hasil belajar matematika yang harus dikuasai oleh siswa yaitu “Perhitungan matematis (mathematics calculation) dan penalaran matematis (mathematics reasoning)”. Berdasarkan hasil belajar matematika semacam itu maka Lerner (dalam Abdurrahman, 2003:253) mengemukakan bahwa “Kurikulum bidang studi matematika hendaknya mencakup tiga elemen, (1) konsep, (2) keterampilan, (3) pemecahan masalah”.
Dari beberapa kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar matematika hendaklah dimulai dari benda atau peristiwa konkret, menuju ke semi konkret, baru akhirnya ke yang abstrak. Selain itu, belajar matematika akan lebih mudah jika konsep yang akan dipelajari harus berhubungan dengan konsep yang sudah dipahaminya.

  1. Hasil Belajar
Di dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien mengarah pada tujuan yang diharapkan sehingga siswa dapat memperoleh prestasi yang gemilang. Salah satu prestasi siswa yag baik adalah siswa memperoleh nilail yang bagus terutama dalam bidang studi matematika.
Hasil belajar siswa terhadap pelajaran matematika merupakan kemampuan siswa untuk menangkap dan memahami konsep yang telah diberikan. Dalam hal ini akan terlihat dalam hasil tes pelajaran matematika yang diujikan pada siswa. Sebagai akibat dari perbuatan belajar maka hasil belajar tersebut berupa perubahan yang sifatnya sedikit banyak permanen.
Sebagaimana diungkapkan Kunandar (2007:251) bahwa “Hasil belajar adalah kemampuan siswa dalam memenuhi suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar dalam satu kompetensi dasar.
 Lebih lanjut Kunandar (2007:251) mengemukakan bahwa:
Hasil belajar dalam silabus berfungsi sebagai penunjuk tentang perubahan perubahan perilaku yang akan dicapai oleh siswa sehubungan dengan kegiatan belajar yang dilakukan sesuai dengan kompetensi dasar dan materi standar yang dikaji yang bisa berbentuk pengetahuan, keterampilan maupun sikap.

Sedangkan Romiszowski (dalam Abdurrahman, 2003:15) menyatakan bahwa:
“Hasil balajar adalah keluaran (output) dari suatu sistem pemrosesan masukan (input). Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performance)

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah  hasil yang telah dicapai siswa setelah menerima suatu pengetahuan yang diwujudkan dalam bentuk angka atau nilai dan juga perbuatan/tingkah laku.
Bila proses pembelajaran telah selesai dilakukan maka langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah melakukan evaluasi keberhasilan pembelajaran sehingga dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru.
Dalam pencapaian hasil belajar akan ditandai dengan indikator hasil belajar. Menurut Kunandar (2007:251) mengemukakan bahwa:
Indikator hasil belajar adalah ciri penanda ketercapaian kompetensi dasar indikator dalam silabus berfungsi sebagai tanda-tanda yang menunjukkan terjadinya perubahan perilaku pada diri siswa. Tanda-tanda ini lebih spesifik dan lebih dapat diamati dalam diri siswa, jika serangkaian indikator hasil balajar sudah tampak pada diri siswa, target kompetensi dasar tersebut sudah terpenuhi atau tercapai. 

Sedangkan menurut Hamalik (2004:199) menyatakan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh:
1.      faktor intern, meliputi: tujuan, minat, aktivitas, kecakapan, kebiasaan belajar serta penguasaan bahan pelajaran.
2.      faktor ekstern meliputi:
a.       faktor lingkungan sekolah, berupa cara memberi pelajaran dan bahan-bahan bacaan, alat peraga dan sebagainya.
b.      Faktor lingkungan keluarga, meliputi perhatian orang tua, sarana dan prasarana belajar di rumah dan senagainya.
c.       Faktor lingkungan masyarakat yaitu tampat tinggal siswa tersebut.

Dari pendapat-pendapat di atas, dengan belajar diharapkan pada siswa ada perubahan tingkah laku yang tak tahu menjadi tahu, dari yang tidak baik menjadi baik, dimana perubahan itu bersifat relatif, baik perubahan yang diperoleh dari guru, belajar sendiri maupun dari sesama teman. Hal ini sejalan dengan pendapat Sardiman (2007: 28) bahwa ”Tujuan belajar adalah ingin mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap mental/nilali-nilai. Pencapaian tujuan belajar akan menghasilkan hasil belajar.

B.     Kerangka Berfikir
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa diantaranya adalah pola belajar, lingkungan, intelegensi, kemampuan siswa dalam memahami pelajaran, minat belajar, disiplin belajar dan sebagainya. Untuk itu diperlukan suatu metode yang tepat serta alat bantu pelajaran yang mendukung agar siswa termotivasi dan aktif dalam mengikuti pelajaran sehingga tujuan akhir dari pembelajaran dapat tercapai. Selama ini siswa kurang terbiasa berinteraksi dalam belajar berkelompok, siswa cenderung belajar mandiri dengan bimbingan guru saat materi berlangsung saja.
Pola belajar mengutamakan keaktifan siswa yang dimotivasi dengan bimbingan serta pengarahan dari pembimbing. Oleh karena itu, ditawarkan pola belajar terbimbing oleh guru maupun tutor sebaya sebagai penawar yang diharapkan mampu merangsang motivasi dan minat siswa dalam belajar.
Tujuan dari pola belajar terbimbing oleh tutor sebaya adalah memberikan pengalaman mengajarkan ilmu yang diperoleh siswa yang mempunyai kemampun yang lebih tinggi kepada teman-teman sebayanya dalam suatu kelompok belajar. Hal ini tentunya akan menimbulkan rasa kebersamaan yang mampu menumbuhkan minat dan motivasi belajar siswa. Antara siswa yang mengajar dengan yang diajar tentunya lebih mengerti karakter dan bahasa temannya sehingga diharapkan transfer ilmu akan lebih mudah untuk diterima.
Sedangkan tujuan dari pola belajar terbimbing oleh guru adalah menciptakan pembelajaran aktif dengan pengarahan dan bimbingan dari guru. Tidak jauh berbeda halnya dengan bimbingan dari tutor sebaya, pola belajar ini mengarhkan agar terjalinnya kerjasama guru dan siswa dalam proses balajar kelompok dimana setiap anggota menyumbangkan informasi, ide, pengalaman, sikap, pendapat, kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya dengan arahan dan bimbingan dari guru. Dengtan adanya bimbingan dari guru maupun  tutor sebaya akan mampu menumbuhkan kedekatakan yang kuat antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa lainnya.
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata hasil belajar matematika antara siswa yang diajar dengan menggunakan pola belajar terbimbing oleh tutor sebaya dan yang diajar dengan menggunakan pola belajar terbimbing oleh guru , maka penulis melakukan proses belajar mengajar. Untuk hal ini dibentuk dua kelompok kelas yaitu Kelompok I adalah kelompok yang diajarkan dengan pola belajar terbimbing oleh tutor sebaya dan Kelompok II yaitu kelompok yang diajarkan dengan menggunakan pola belajar terbimbing oleh guru. Selanjutnya akan dianalisis hasil evaluasi kedua kelas tersebut, hal ini dimaksudkan untuk menperoleh data mana yang lebih baik prestasinya. Prestasi atau nilai yang diperoleh dihitung melalui uji statistik. Hasil akhirnya berupa kesimpulan mana yang lebih tinggi hasil belajarnya antara antara siswa yang diajar dengan menggunakan pola belajar terbimbing oleh tutor sebaya dan yang diajar dengan menggunakan pola belajar terbimbing oleh guru tersebut.

C.    Hipotesis Tindakan
Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan pustaka tersebut di atas, maka penulis merumuskan jawaban sementara (Hipotesis) terhadap permasalahan pokok agar dapat digunakan untuk menguji benar atau tidaknya hipotesis tersebut.
a.       Hipotesis Umum
Hasil belajar siswa yang belajar dengan menggunakan pola belajar terbimbing oleh tutor sebaya lebih tinggi dari hasil belajar dengan menggunakan pola belajar terbimbing oleh guru.
b.      Hipotesis Kerja
1.      Ada perbedaan rata-rata hasil belajar matematika antara yang menggunakan pola belajar terbimbing oleh tutor sebaya dengan guru.
2.      Rata-rata hasil belajar siswa yang belajar matematika antara siswa yang diajar dengan menggunakan pola belajar terbimbing oleh tutor sebaya lebih tinggi dari hasil belajar dengan menggunakan pola belajar terbimbing oleh guru.
Untuk menguji hipotesis tersebut maka penulis memembuat pasangan hipotesis nihil (H0) dan hipotesis alternatif (H1) sebagai berikut:
1.        H0 : Tidak ada perbedaan rata-rata hasil belajar matematika antara siswa yang diajar dengan menggunakan pola belajar terbimbing oleh tutor sebaya  dan yang diajar dengan menggunakan pola belajar terbimbing oleh guru. Atau:
H0 :  µ1    =    µ2
H1 = Ada perbedaan rata-rata hasil belajar matematika antara siswa yang diajar dengan menggunakan pola belajar terbimbing oleh tutor sebaya dan yang diajar dengan menggunakan pola belajar terbimbing oleh guru. Atau:
H1 :  µ  ≠    µ2
Jika dalam pengujian hipotesis ternyata H0 ditolak maka pengujian selanjutnya menggunakan pasangan hipotesis sebagai berikut:
2.      H0 : Rata-rata hasil belajar matematika antara siswa yang diajar dengan menggunakan pola belajar terbimbing oleh tutor sebaya lebih kecil atau sama dengan rata-rata hasil belajar yang diajar dengan menggunakan pola belajar terbimbing oleh guru. Atau:
     H0 :  µ1    ≤     µ2
H0 : Rata-rata hasil belajar matematika antara siswa yang diajar dengan menggunakan pola belajar terbimbing oleh tutor sebaya lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar yang diajar dengan menggunakan pola belajar terbimbing oleh guru. Atau:
H1 :  µ  >    µ2
BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah bentuk dari salah satu penelitian yang bersifat kuantitatif yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa. Pada penelitian  ini jenis penelitian yang akan dilakukan adalah komparatif atau perbandingan, dimana peneliti menggunakan dua metode dalam proses pembelajarannya. Adapun dalam proses pelaksanaanya nanti akan dibagi menjadi 2 kelompok yang terdiri dari 2 kelas, dan masing-masing kelas akan menggunakan metode yang berlainan, yaitu untuk kelompok I menggunakan pola belajar terbimbing oleh tutor sebaya dan kelompok II menggunakan pola belajar terbimbing oleh guru


Untuk kelompok I yaitu pembelajaran dengan pola belajar terbimbing oleh tutor sebaya dimana materi disampaikan dengan menggunakan pola belajar tersebut. Adapun pelaksanaannya guru memahami terlebih dahulu karakteristik siswa, kemudian memilih siswa yang pandai di kelas tersebut berdasarkan data nilai ujian dan data-data keaktifan siswa tersebut baik dari siswa lain maupun dari kesehariannya.  Kemudian guru membagi kelompok dalam kelas tersebut yang masing-masing kelompok terdiri dari 3 - 4 orang yang terdapat salah satunya siswa yang pandai yang dipercaya mampu menjadi pembimbing tutor sebaya. Kemudian dilaksanakan kegiatan belajar berupa beberapa penyampaian materi pokok dari guru, baru kemudian dimulailah kegiatan diskusi dengan bimbingan dari tutor sebaya tersebut. Guru juga sebelumnya telah mempersiapkan LKS sebagai salah satu alat penunjang belajar yang digunakan dalam proses pembelajaran tersebut. Soal-soal yang ada di dalam LKS di catat dan dikerjakan setiap kelompok siswa di dalam kelas dengan pengerjaan di bantu oleh tutor sebaya yang sebelumnya telah diajarkan cara pengerjaan soal tersebut. Soal-soal yang telah selesai dikerjakan oleh salah satu anggota per kelompok yang ditunjuk oleh tutor sebaya,yang selanjutnya jawaban dipresentasikan kepada kelompok siswa lainnya untuk dijadikan bahan tanya jawab antar sesama kelompok.  Dan setelah pengajaran selesai atau penyampaian materi telah selesai maka kelompok siswa tadi diberikan tugas sebagai pelengkap pengajaran yang harus dikerjakan oleh kelompok tersebut di luar jam pelajaran.
Untuk kelompok II : Pengajaran dengan menggunakan pola belajar terbimbing oleh guru dimana guru menjelaskan materi secara umum. Selanjutnya guru membentuk kelmpok yang terdiri dari 6-7 siswa. LKS juga telah dipersiapkan oleh guru dan siswa mencatat soal-soal yang ada di dalam LKS tersebut. Guru aktif dalam membimbing kelompok tersebut, siswa pula aktif dlam bertanya. Jawaban yang telah selesai dipresentasikan oleh anggota kelompok dan dijadikan bahan tanya jawab sehingga tercipta keaktifan siswa. Terakhir siswa diberikan tugas secara kelompok dan akan dibahas dalam pertemuan selanjutnya.
   Kemudian setelah akhir pokok bahasan untuk kedua kelompok diadakan tes formatif dan diambil rata-ratanya kemudian diambil sebagai ukuran hasil belajar dalam penguasaan materi Persamaan Garis Lurus kelasXI semester ganjil. Jumlah soal serta bentuk dari tes formatif untuk kelompok I dan II adalah sama, yang telah dipertimbangkan tingkat kesukarannya untuk tiap item. Bentuk soal yang digunakan pada tes formatif adalah bentuk essay, yang terdiri dari 10 soal essay. Untuk mendapat data primer yang bersifat kuantitatif yang nantinya akan digunakan dalam pengujian hipotesis adalah merupakan harga rata-rata dari  nilai yang diperoleh dari tes formatif.
Rencana dalam penelitian ini adalah  :
1.         Persiapan
Mengadakan survei kesekolah yang dijadikan obyek penelitian untuk menentukan kesulitan siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Setelah menentukan adanya kesulitan dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar maka peneliti merancang proses pembelajaran dengan menggunakan pola belajar terbimbing guru dan tutor sebaya sebagai obat dari masalah tersebut.
2. Pembelajaran
Pada pembelajaran peneliti menyiapkan perlengkapan yang digunakan        dalam kegiatan pembelajaran seperti rencana pelaksanaan pembelajaran        (RPP), LKS buatan guru, soal test, materi yang akan disampaikan, alat dan media mengajar, lembar observasi siswa dan guru, dan lembar catatan lapangan.

B.       Subyek Penelitian
                        Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Metro, Alamat: Jalan Kemiri 15 A Iring Mulyo Metro Timur-Kota Metro. Telp./Fax.(0725) 41405. E-mail: smpn4@smpn4metro.com. Website :http://www.smpn4metro.com dan teknik pengambilan sampelnya menggunakan teknik random sampling serta teknik pengambilan hasilnya menggunakan Tes, yaitu siswa kelas VIIID dan VIIIE Semester Ganjil Tahun Ajaran 2009-2010   dengan jumlah siswa sebanyak 66 siswa yang memiliki tingkat kemampuan yang bervariasi.

C.      Definisi Operasional
Dengan adanya definisi operasional variabel dalam penelitian, akan dapat memberikan petunjuk pada aspek-aspek yang terkandung dalam variabel tersebut, definisi operasional dalam penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:
1)      Pola belajar terbimbing oleh guru adalah suatu cara dalam proses belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa secara kelompok dengan bimbingan dan pengarahan dari guru.
2)     

24
Pola belajar terbimbing oleh tutor sebaya adalah suatu cara dalam proses belajar mengajar yang dilakukan siswa dengan bimbingan dan pengarahan dari temannya yang memiliki kemampuan yang lebih tinggi. Pola belajar ini dilakukan secara berkelompok sedangkan tutor sebaya yang ditunjuk membantu temannya yang lain telah dipersiapkan oleh guru.
3)      Perbandingan hasil belajar matematika antara siswa yang diajar dengan pola belajar terbimbing oleh guru dan tutor sebaya adalah perbandingan hasil yang diperoleh siswa selama kurun waktu tertentu yang diwujudkan dalam bentuk angka atau huruf yang hasil belajarnya berupa nilai hasil tes akhir setelah siswa tersebut mendapatkan suatu perlakuan dengan menggunakan pola belajar terbimbing oleh guru dan tutor sebaya.

D.    Populasi dan Sampel
1.      Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalahnilai matematika kelas VIII dari seluruh siswa kelas VIII semester ganjil SMP Negeri 4 Metro TP 2009-2010.
2.      Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini sampel menggunakan dua kelas , maka penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Cluster Random Sampling dan ternyata yang terpilih adalah kelas VIIID (kelas sampel I) dan kelas VIIIE (kelas sampel II). Kelas sampel I adalah dengan menggunakan pola belajar terbimbing oleh tutor sebaya dan kelas sampel II adalah dengan menggunakan pola belajar terbimbing oleh guru. Penentuan kelas dilakukan dengan undian yang langkah-langkahnya:
1)      Membuat daftar nama kelas
2)      Memberi kode pada nema kelas dengan angka
3)      Menulis kode pada selembaran kertas ukuran 2 x 2 cm.
4)      Menggulung kertas ke dalam kaleng dan dikocok.
5)      Mengambil kertas gulungan dan membukanya.
3.        Jenis dan Sumber Data 
Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan jenis                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                data parametrik, yaitu data terukur dan tes-tes statistiknya berasumsi bahwa data tersebut memiliki distribusi normal atau mendekati normal.

E.       Analisis Data
Untuk memperolah data yang benar perlu adanya suatu kemantapan dari alat ukur yang digunakan. Sebelum tes diberikan kepada ke siswa perlu diujicobakan terlebih dahulu untuk melihat validitas dan reliabilitas alat ukur yang terdiri dari 5 soal.
A.  Validitas
Validitas menurut Arikunto (2006:168) “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen”. Dalam hal ini, peneliti menggunakan validitas isi (content, validity) yaitu validitas yang didasarkan butir-butir item tes, yang sesuai dengan kurikulum dan dikonsultasikan dengan pembimbing. Validitas isi berguna untuk menunjukkan sejauh mana instrumen tersebut mencerminkan isi yang dikehendaki. Menurut Arikunto (2006:168) “Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat”.
Item tes tertulis berdasarkan kerangka isi sebagai pedoman dalam setiap kategori, kisi-kisi itu dapat ditarik secara beruntun, item-item tes dan jumlah yang sesuai dengan bobot kategori tersebut secara keseluruhan. Pemakaian tes harus mempertimbangkan apakah isi dan tujuan yang terdapat dalam wilayah isi sudah terpenuhi atau belum. Jika hal tersebut berarti item tes telah memiliki validitas isi dalam kategori tersebut.
Validitas tes yang baru tersebut dapat dicari dengan rumus korelasi product moment:
 =
            Keterangan:
n       = Banyaknya responden
  = Jumlah perkalian antara X dan Y
      = Kuadrat dari X
    = Kuadrat dari y.
B.  Reliabilitas
Reliabilitas menurut Arikunto (2006:178) mengandung pengertian bahwa “Sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen itu sudah baik”. Dalam reliabilitas digunakan untuk mencari keajegan dari instrumen yang akan digunakan dalam tes. Sebelum tes essai diberikan kepada sampel terlebih dahulu tes diujicobakan kepada populasi di luar sampel, kemudian dihitung reliabilitas tes untuk mengetahui tingkat keajegan tes tersebut.
Untuk reliabilitas tes, rumus yang digunakan adalah rumus Alpha menurut Arikunto (2006:196):
r=
            Keterangan:
            r        = reliabilitas instrumen
            k          = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
              = jumlah varians
                   = varians total

            Dari untuk varians butir soal menurut Arikunto (2005:110):
                       
            Keterangan:
                   = varians
            = jumlah data yang dikuadratkan
            = jumlah kuadrat data
            N         = banyaknya data

Setelah diketahui reliabilitas tes baru disebarkan besarnya koefisien korelasi. Arikunto (2006:59) menyatakan sebagai berikut:
Tabel 3. Makna Koefisien Korelasi
Angka Korelasi
Makna
0.800 – 1.000
Sangat tinggi
0.600  – 0.800
Tinggi
0.400  – 0.600
Cukup
0.200  – 0.400
Rendah
0.000  – 0.200
Sangat rendah

Tingkat kevalidan tes yang diharapkan adalah yang memenuhi kriteria cukup, tinggi sampai tinggi sesuai dengan interpretasi korelasi di atas. Jika tes essai memenuhi kriteria yang diharapkan, maka tes tersebut diberikan kepada sampel.

F.       Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data di dalam penelitian ini, sehubngan dengan kebutuhan akan data dan teori yang diperlukan dalam penelitian,maka penulis melakukan tehnik pengumpulan data sebagai berikut:
                 Metode Tes yang digunakan untuk mengumpulkan data penelitian mengenai hasil belajar siswa yang menggunakan pola belajar terbimbing oeh guru dan tutor sebaya untuk siswa SMP Negeri 4 Metro semester genap tahun pelajaran 2010/2011. Alasan peneliti memilih pola belajar terbimbing oleh guru dan tutor sebaya adalah untuk membandingkan antara kedua pola belajar tersebut mana yang lebih baik diterapkan untuk pembelajaran matematika khususnya pada pokok  materi persamaan garis lurus.
            Adapun teknik penskorannya nantinya menggunakan kisi-kisi soal yang telah disesuaikan tingkat kesukaran pada tiap item soalnya. Dimana soal tes terdiri dari bentuk soal essay.
            Untuk pilihan ganda dengan jumlah 10 soal dan tiap soal yang dijawab jika semua benar adalah 10 dan untuk apabila benar semua adalah 100. Sehingga total penskoran keseluruhan adalah 100.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar