Pages

Selasa, 10 Juli 2012

Anak Emas Yang Terbuang


Sedikit diketahui bahwa putra-putri Indonesia telah banyak mengukir prestasi di kancah dunia internasional. Mereka seolah-oleh hilang di telan bumi dan itu pun di dukung dengan kurangnya perhatian kita bersama, dalam hal ini khususnya pemerintah.
Putra-putri terbaik bangsa itu harus puas mengabdikan diri mereka di negara orang. Padahal jika ditanyai satu persatu maka mereka akan sepakat menjawab bahwa mereka sangat ingin kembali ke tanah air. Mereka sangat berharap bahwa mereka bisa memberikan konstribusi bagi bangsa Indonesia. Memberikan prestasi terbaik di dalam negeri sendiri sebagai upaya meningkatkan nama baik Indonesia di muka dunia internasional.
Tetapi apa yang terjadi? Cita-cita dan keinginan mereka itu harus pupus di tengah jalan, lantaran mereka sendiri telah berulang kali dikecewakan oleh bangsanya sendiri. Bila di negeri orang (Amerika, Jerman, Swedia, Jepang, Singapura, dll) mereka mendapatkan perhatian dan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, maka di tanah air mereka harus menelan pil kekecewaan karena “tidak dipakai” alias apa yang telah menjadi prestasi mereka sebelumnya (berkelas dunia) tidak mendapatkan perhatian dan dukungan yang semestinya. Meskipun mereka rela melamar bahkan hingga ada yang pernah melamar di 50 perusahaan beragam. Atau meski harus merelakan bahwa jika di negeri orang mereka mendapatkan fasilitas dan penghasilan yang layak namun memilih untuk kembali ke tanah air walau dengan banyaknya kekurangan. Tetapi itu tidak membuat para penguasa, elit politik dan pemilik modal menjadi perhatian dan mendukung mereka sepenuhnya. Bahkan berdasarkan pengalaman yang ada maka orang-orang pintar itu harus terpaksa meninggalkan tanah pertiwi karena senantiasa dicurigai, dianggap tidak penting dan memang mereka tidak diberikan atau memiliki pekerjaan.
Dari beberapa alasan diatas itulah maka akhirnya mereka mengaku masih betah mengabdi di mancanegara. Mereka belum berniat untuk berkiprah di tanah air, karena mereka trauma ilmu yang mereka raih dengan susah payah itu tidak mendapatkan penghargaan yang selayaknya. Selain itu, sudah tidak bisa disangkal lagi, mutu pendidikan di Indonesia banyak dikeluhkan berbagai kalangan. Dari tahun ke tahun selalu fasilitas sarana dan pendanaan yang menjadi faktor kendala utama. Dan ini tentu saja berakibat mutu lulusannya dipertanyakan. Kita mungkin sudah ketinggalan jauh di tingkat regional Asia Tenggara, terutama dari negara Singapura atau Malaysia.
Di tengah keterpurukan soal mutu dunia pendidikan kita, ternyata tidaklah sama dengan tingkat intelegensi manusia Indonesianya. Sejumlah orang Indonesia ternyata banyak yang berotak encer. Mereka bekerja di luar negeri seperti di Eropa, Amerika dan Jepang. Bahkan berhasil menduduki posisi penting.

2 komentar:

  1. kasian. pntes indonesia gak maju2

    BalasHapus
  2. ya begitu lah gan???
    orang indonesia cuma mikirin diri dan golongan sendiri aja???

    BalasHapus