Dapatkan Juga Proposal Dan Sekripsi Lainnya:
Contoh Proposal dan Sekripsi Pendidikan, Contoh
Proposal dan Sekripsi Pendidikan Matematika, Contoh Proposal dan Sekripsi
Pendidikan Fisika, Contoh Proposal dan Sekripsi Pendidikan Bahasa Inggris, Contoh
Proposal dan Sekripsi PAI, Contoh Proposal dan Sekripsi Pendidikan Biologi, Contoh
Proposal dan Sekripsi Pendidikan Ekonomi, Contoh Proposal dan Sekripsi Pendidikan
Bimbingan Dan Konseling, Contoh Proposal dan Sekripsi Manajemen Informatika,
Contoh Proposal dan Sekripsi Perbankan, Contoh, Contoh Proposal dan Sekripsi
Menajemen Perusahaan,
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan didorong
oleh adanya sistem pendidikan yang maju dan modern ditengah-tengah masyarakat,
yang berguna untuk menjawab tuntutan dan kebutuhan masyarakat yang modern
dewasa ini dengan permasalahan yang kompleks. Untuk mewujudkan itu, diperlukan
usaha yang keras dan memakan waktu yang lama karena memerlukan proses yang
panjang. Di antara usaha yang dilakukan adalah dengan meningkatkan sumber daya
manusia yang profesional terutama di bidangnya.
Sebagai suatu komponen pendidikan, tujuan pendidikan menduduki posisi penting di antara komponen-komponen pendidikan lainnya. Dapat dikatakan bahwa segenap komponen dari seluruh kegiatan pendidikan dilakukan semata-mata terarah kepada atau ditujukan untuk pencapaian tuuan tersebut. Dalam usaha mencapai tujuan tersebut, banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah di antaranya adalah pemenuhan sarana dan prasarana, peningkatan mutu guru dengan jalan diklat, penataran dan seminar pendidikan. Di sistem pendidikan itu sendiri, pemerintah sangat gigih dalam mencari jalan terbaik untuk sistem pendidikan di
Perubahan kurikulum tidak akan banyak
berarti jika perilaku dan cara guru mengajar tidak ada perubahan. Salah satu
ciri dalam perubahan ini adalah bagaimana seorang guru dapat mempersiapkan
program pengajaran secara cermat, sehingga kegiatan belajar mengajar terlaksana
secara menarik, melibatkan siswa, sumber daya yang tersedia dan bermakna.
Masalah yang sering diperbincangkan dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu
pendidikan yang tercermin dari rendahnya rata-rata prestasi belajar, khususnya
siswa sekolah menengah. Selain itu, pendidikan kita kurang memberikan
kesempatan kepada siswa dalam berbagai mata pelajaran untuk mengembangkan
kemampuan holistik ( menyeluruh ), kreatif, objektif dan logis, belum
memanfaatkan quantum learning sebagai
salah satu paradigma menarik dalam pembelajaran serta kurang memperhatikan
ketuntasan belajar secara individual. Akibatnya, tidak aneh bila banyak siswa
yang tidak menguasai materi pembelajaran meskipun sudah dinyatakan lulus dari
sekolah dan mutu pendidikan secara nasional masih rendah.
Dalam pembelajaran matematika, guru harus
lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari matematika
sesui tingkat kemampuannya,selama ini banyak siswa yang menganggap bahwa
matematika adalah mata pelajaran abstrak,suatu pandangan yang sangat mendasar
karena pada hakekatnya belajar matematika adalah belajar mengkomunikasikan
simbol-simbol abstrak, konteks abstrak ini kemudian menjelma menjadi sebuah
konsepsi bahwa matematika adalah mata pelajaran yang sulit dan mewarnakan kesan
menakutkan.
Menyelesaikan soal matematika bisa dikatakan “gampang-gampang susah”
apalagi kalau soal tersebut merupakan soal cerita yang memerlukan pemahaman
tingkat tinggi. Soal dengan tingkat pemahaman yang tinggi memerlukan berbagai
hal dalam menyelesaikannya, mulai dari ilustrasi, menduga, mencoba-coba (trial and error) sampai dengan
merumuskan formulasi yang tepat sehingga diperoleh hasil yang diinginkan.
Matematika bukan saja menyampaikan informasi secara jelas tepat namun juga
singkat, suatu rumus yang jika ditulis dengan bahasa verbal membutuhkan
rentetan kalimat yang banyak sekali dimana makin banyak kata-kata yang
dipergunakan, maka makin besar pula peluang untuk terjadinya salah informasi
dan salah interprestasi. Maka dalam bahasa matematika cukup ditulis dengan
model yang sederhana sekali, permodelan matematika marupakan akibat dari penyelesaian permasalahan yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang diselesaikan menggunakan matematika.
Masalah yang nyata dalam kehidupan biasanya timbul dalam bentuk gejala-gejala
yang belum jelas hakikatnya. Kita harus membuang faktor-faktor yang tidak atau
kurang ralevan, mencari data-data dan informasi tambahan, lalu kita menemukan
hakikat masalah sebenarnya.
Soal cerita pada mata pelajaran
matematika banyak dijumpai
pada materi pokok seperti arirmatika sosial, statistik, aljabar dan beberapa
materi pokok pada mata pelajaran fisika dan ekonomi. Untuk mempelajari soal cerita siswa tidak cukup hanya mampu dan
mengaitkannya dengan kehidupan sehari–hari serta melakukan latihan–latihan soal
secara terus-menerus sehingga mampu menguasai materi tersebut.
Dari hasil prasurvei yang peneliti lakukan di SMP N 2 Way Seputih Lampung
Tengah pada bulan April 2010, diperoleh data tentang hasil belajar siswa kelas VII
semester ganjil Tahun
Pelajaran 2009/2010. Dari data yang diperoleh, terlihat bahwa banyak siswa yang
masih memiliki hasil belajar yang masih kurang, hal ini dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 1. Data Nilai Hasil Belajar Siswa dengan Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) Senilai 60 pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas VII Semester Ganjil
SMP N 2 Way Seputih Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2009/2010
No
|
Nilai
|
Kategori
|
Jumlah
|
Persentase
|
1
|
≥ 60
|
Tuntas
|
19
|
29, 6%
|
2
|
< 60
|
Tidak Tuntas
|
45
|
70,4%
|
Jumlah
|
64
|
100%
|
Sumber: Daftar nilai sub sumatif kelas VIIE
dan VIIF semester ganjil SMP N 2 Way Seputih Lampung Tengah tahun pelajaran 2009/2010
Berdasarkan
tabel 1, terlihat bahwa hasil belajar siswa untuk mata pelajaran matematika termasuk kriteria
tuntas sebanyak 29,6% dan tidak tuntas sebanyak 70,4%, sehingga dominan pada kriteria
tidak tuntas sehingga bisa dikatakan tujuan pembelajaran belum sepenuhnya
tercapai.
Dari hasil
wawancara dengan guru bidang studi matematika dan siswa, mengatakan bahwa matematika tergolong sulit,
khususnya pada soal cerita hal
ini disebabkan :
1. Siswa
tidak mampu menterjemahkan kalimat soal cerita
2. Siswa
kesulitan mengaitkan hal–hal yang belum diketahui ke dalam maksud masalah.
3. Siswa
tidak mampu mengoperasikan pada tahap penyelesaian soal sehingga tidak mampu
menafsirkan jawaban yang sebenarnya.
Banyak
faktor yang menyebabkan masih rendahnya hasil belajar siswa pada bidang studi
matematika. Faktor-faktor tersebut dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor
intern dan ekstern, tetapi salah satu faktor yang perlu diperhatikan utuk
meningkatkan hasil belajar adalah faktor intern yang berupa kemampuan pemahaman
materi yang dimiliki dan dikuasai oleh siswa sehingga diharapkan memudahkan
siswa dalam mengatasi kesulitan belajar siswa dalam memahami pelajaran
matematika yang diberikan oleh guru sehingga dapat mencapai hasil yang sesuai
dengan kriteria kurikulum.
Untuk itu perlu adanya pemikiran dan
penelitian yang dapat memberikan masukan bagi guru, siswa dan pihak lainnya
tentang : “ANALISIS KESULITAN MENGERJAKAN SOAL CERITA SMP NEGERI 2 WAY SEPUTIH TAHUN
PELAJARAN 2010/2011.”
B.
Fokus
Penelitian
Masalah dalam penelitian ini adalah siswa
mengalami kesulitan mengerjakan soal cerita mata pelajaran matematika materi pokok arifmatika sosial Fokus ini antara lain :
1. Menuliskan hal yang diketahui dan yang ditanyakan
2. Menuliskan rumus dan mengoprasikan rumus.
3. Membuat kesimpulan
C.
Pertanyaan
Penelitian
Pertanyaan–pertanyaan atau masalah yang
akan dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.
Pada tahapan manakah siswa mengalami kesulitan dalam
menterjemahkan soal cerita dan berapa
persen siswa yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal cerita?
b.
Pada tahapan manakah siswa mengalami kesulitan dalam
memberikan tafsiran dari hasil menyelesaikan soal cerita dan berapa persen
siswa yang mengalami kesulitan dalam memberikan tafsiran dari hasil
menyelesaikan soal cerita?
c.
Berapa persen siswa kelas VII SMP N 2 Way Seputih
Lampung Tengah semester ganjil yang mengalami kesulitan mengerjakan soal
cerita?
D.
Tujuan
Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui kesulitan belajar siswa yang dialami siswa dalam mengerjakan soal
cerita pada materi pokok arifmatika sosial siswa kelas VII SMP N 2
Way Seputih Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2010/ 2011.
E.
Kegunaan
Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan pemikiran dan informasi pihak terkait dengan pengajaran
matematika khususnya guru dan calon guru matematika untuk memperhatikan penyebab
kesulitan mengerjakan soal cerita pada materi pokok arifmatika sosial, sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar matematika.
F.
Lokasi
Penelitian
Lokasi yang dijadikan penelitian adalah SMP
N 2 Way Seputih Lampung Tengah yang beralamatkan di Jalan Lintas Timur Sido
Binagun Kecamatan Way Seputih Lampung Tengah, sebab dapat dilihat dari tabel 1
dimana siswa kelas VII SMP N 2 Way
Seputih Lampung Tengah banyak yang belum mencapai hasil yang memuaskan atau
hasil belajarnya masih berada pada kategori tidak tuntas.
G.
Ruang
Lingkup Penelitian
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dari
penelitian yang akan dilaksanakan, maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi
sebagai berikut:
1. Subjek
penelitian ini yaitu VII SMP N 2 Way Seputih Lampung Tengah Tahun Pelajaran
2010/2011.
2. Objek
dalam penelitian ini adalah kesulitan mengerjakan soal cerita pada materi pokok
arifmatika sosial.
3.
Sifat
dari penelitian ini adalah deskriptif.
4.
Tempat
penelitian ini adalah SMP N 2 Way Seputih Lampung Tengah.
5.
Waktu
penelitian adalah dilaksanakan pada semester ganil tahun pelajaran 2010/2011.
6.
Materi
pokok arifmatika sosial disesuaikan dengan pendekatan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
7.
Kesulitan
belajar matematika yang terjadi dianalisis dari cara siswa menyelesaikan tes arifmatika sosial yang diberikan.
H.
Definisi
Operasional
Dengan adanya definisi operasional
variabel dalam penelitian, akan dapat memberikan petunjuk pada aspek-aspek yang
terkandung dalam variabel tersebut, definisi operasional dalam penelitian dapat
diuraikan sebagai berikut:
1. Analisis
kesulitan soal cerita adalah ketidakmampuan siawa dalam menerjemahkan soal
cerita dan tahapan–tahapan dalam menyelesaikanya.
2. Tahapan-tahapan
penyelesaian soal cerita adalah tahap–tahap yang ada dalam penyelesaian soal–soal
esay tersusun secara sistematis.
3. Soal
cerita biasanya menyatakan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang
diselesaikan menggunakan bahasa matematika yang dinyatakan dengan simbol–simbol
untuk menghasilkan suatu solusi.
UNTUK BAB IV dan V SILAHKAN TINGGALKAN PESAN DI KOLOM KOMENTAR
shipz...
BalasHapus