Dapatkan Berbagai Makalah dan Referensi Lainnya:
Makalah, Skripsi, Tesis, Judul Skripsi, Pascasarjana,
Fisika, Kimia, Biologi, Bahasa indonesia, Sejarah, Agama, IPS, IPA, Ekonomi, Gudang
Makalah, Download Makalah, Makalah Bahasa Indonesia, Makalah Sejarah, Makalah
Agama, Makalah Ekonomi, Makalah Fisika, Makalah Kimia, Makalah Biologi, Download
Skripsi, Penelitian Tindakan Kelas, Makalah Profesi Kependidikan, Makalah
Matematika, Makalah Desain Pembelajaran, Makalah Media Pembelajaran, RPP SMA
Berkarakter, RPP SMP Berkarakter, Definisi, Pendapat Para Ahli, Referensi.
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Belajar pada hakikatnya
adalah perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku terjadi setelah kegiatan
belajar dilalui dengan berbagai proses, seperti mendengar, mengamati, melihat
dan sebagainya. Hamalik (1999:36) mengungkapkan “ belajar adalah modifikasi
atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman”. Berdasarkan pengertian tersebut,
belajar merupakan suatu proses, aktivitas atau kegiatan yang didapat melalui
pengalaman. Oleh sebab itu guru dalam melakukan pembelajaran harus memakai
strategi pembelajaran tertentu, salah satunya adalah strategi pembelajaran
peningkatan kemampuan berpikir, yang akan dibahas dalam makalah ini.
SPPKB merupakan
setrategi pembelajaran yang menekankan kepada kemampan berpikir siswa. Ioyce dan weil (1980)
menempatkan pembelajaran ini ke dalam model pembelajaran cogniteve growth:
increasing the capacity to think. Dalam SPPKB, materi pelajaran tidak disajikan
begitu saja ke pada siswa. Akan tetapi, siswa dibimbing untuk menemukan sendiri
konsep yang harus dikuasai melalui proses dialogis yang terus-menerus dengan
memanfaatkan pengalaman siswa. Walaupun tujuan SPPKB sama dengan strategi
pembelajaran inkuri (SPI), yaitu agar siswa dapat mencari dan menemukan materi
pelajaran sendiri, akan teapi keduanya memiliki perbedaan yang mendasar.
Perbedaan tersebut terletak pada pola pola pembelajaran yang di gunakan. Dalam
proses pembelajaran SPPKB, guru memanfaatkan pengalaman siswa sebagai titik
tolak berpikir, bukan teka-teki yang harus dicari sendiri jawabanya seperti
dalam pola inkuri.
B.
Rumusan
Masalah
Untuk
memudahkan dalam memahami materi yang akan kami sampaikan, rumusan masalahnya
adalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian strategi pembelajaran
peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB) ?
2.
Apa
sajakah yang Latar belakang filosofis dan psikologis sppkb
3. Apakah hakiakat kemampuan berpikir dalam
SPPKB?
4.
Bagaimana
karakteristik SPPKB?
5.
Apa
perbedaan SPPKB dengan pembelajaran konvensional
6.
Tahapan-tahapan
apa sajakah pembelajaran SPPKB?
C. Tujuan
penulisan makalah
Makalah
ini dibuat untuk menyelesaikan tugas sebagai salah satu persyaratan mengikuti
kuliah srategi pembelajaran, dan agar mahasiswa dapat memahami, mengerti dan
dapat mempraktikkan strategi pembelajaran ini dalam proses pembelajaran kelak.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat
Dan Pengertian Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (SPPKB)
Telah dijelaskan bahwa
salah satu kelemahan proses pembelajaran yang dilaksanakan para guru kita
adalah kurang adanya usaha pengembangan kemampuan berpikir siswa. Dalam setiap proses
pembelajaran pada mata pelajaran apapun lebih banyak mendorong agar dapat
menguasai sejumlah materi pelajaran. Strategi pembelajaran yang dibahas pada
bab ini adalah strategi pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan berpikir siswa. Stratei pembelajaran ini pada awalnya dirancang untuk
pembelajaran ilmu pengetahuan sossial (IPS). Hal ini didasarkan asumsi bahwa
selama ini IPS di anggap sebagai pelajaran hafalan. Namun demikian, tentu saja
dengan berbagai penyesuaian topik, strategi pembelajaran yang akan dibahas ini
juga dapat diterapkan pada mata pelajaran lain. Berdasarkan hasil penelitian,
selama ini IPS di anggap pelajaran kelas dua. Para orang tua siswa berpendapat
IPS merupakan pelajaran yang tidak terlalu penting di bandingkan dengan
pelajaran lainnya, seperti IPA dan matematika
(sanjaya, 2002). Hal ini merupakan tpandangan yang keliru. Sebab pelajran
apapun diharapkan dapat membekali siswa. Baik untuk terjun kemasyarakat maupun untuk
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kekeliruan ini juga
terjadi pada sebagian besar para guru. Mereka berpendapat bahwa IPS adalah
pelajaran hafalan yang tidak menantang untuk berpikir. IPS adalah pelajaran
yang sarat dengan konsep-konsep, pengertian-pengertian, data atau fakta yang
harus dihafal dan tidak perlu dibuktikan.
Model strategi
pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir (SPPKB) adalah model pembelajaran
yang bertumpu kepada penembangan kemampuan berpikir siswa melalui telaah
fakta-fakta atau pengalaman anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang
diajukan.
Terdapat beberapa hal
yang terkandung pengertian diatas. Pertama, SPPKB adalah model pembelajaran
yang bertumpu pada pengembangan kemampuan berpikir, artinya tujuan yang ingin
dicapai oleh SPPKB adalah bukan sekedar siswa dapat menguasai sejumlah marteri
pelajaran, akan tetapi bagaimana siswa dapat mengembangkan gagasan-gagasan dan
idi-ide melalui kemampuan berbahasa secara verbal.
Kedua, telaahan
fakta-fakta sosial pengalaman sosial merupakan dasar pengembangan kemampuan
berpikir, artinya pengembangan gagasan dan ide-ide didasarkan kepada pengalaman
sosial anak dalam kehidupan sehari-hari dan atau berdasarkan kemampuan anak
dalam mendeskripsikan hasil pengamatan mereka terhadap berbagai fakta dan data
yang mereka peroleh dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga, sasaran akhir
SPPKB adalah kemampuan anak untuk memecahkan masalah-masalah sosial sesui
dengan taraf-taraf perkembangan anak.
B. Latar
Belakang Filosofis Dan Psikologis SPPKB
1. Latar
Belakang Fisolifis
Pembelajara adalah
proses interksi baik antara manusia dengan manusia ataupun antara manusi dengan
lingkungan. Proses iteraksi ini diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Misalkan yang berhubungan dengan
tujuan perkembangan koknitif, afektif dan psikomotor. Tujuan
pengembangan kognitif adalah proses pengembangan intelektual yang erat
kaitannya dengan meningkatkan aspek pengetahuan, baik secara kuantitatif maupun
kualitatif. Apa hakikatnya dengan pengetahuan itu? Bagaimana sebenarnya setiap
individu memperoleh pengetahuan? Hal itu merupakan pertanyaan-pertanyaan yang
mendasar yang membutuhkan kajian filosofis.
Dilihat dari bagaimana
pengetahuan itu bisa diperoleh manusia, dapat didekati dengan dua pendekatan
yang berbeda, yaitu pendekatan rasional dan pendekatan empiris. Rasionalisme
menyatakan bahwa pengetahuan menunjukan kepada objek dan kebenaran itu
merupakan akibat dari deduksi logis. Aliran rasionalisme menekankan pada rasio,
logika, dan pengetahuan deduktif. Berbeda dengan aliran rasionalis, aliran
ampiris lebih menekankan kepada pentingnya pengalaman dalam memahami setiap
objek. Aliran ini memandang bahwa semua kenyataan itu diketahui melalui indra
dan kriteria kebenaran itu adalah kesesuaian dengan pengalaman. Dengan
demikian, pandangan empirisme menekankan kepada pengalaman dan pengetahuan
induktif.
Apabila kita simak,
baik aliran rasional maupun aliran empiris, keduanya berangkat dari dasar
pemikiran yang sama, yaitu sumber utama dari pengetahuan adalah dunia luar atau
objek yang ada diluar individu, atau objek
yang menjadi pengamatannya. Yang menjadi masalah adalah apakah
pengetahuan itu semata-mata hanya terbentuk karna objek itu? Bukankah objek itu
tidak tidak memiliki arti apa-apa tanpa individu sebagai subjek yang
menafsirkan data objek itu? Apakah pengetahuan itu bersifat ststis yang telah
dihasilkan oleh pemikir terdahulu seperti yang diklime oleh aliran idialisme?
Pertanyaan-pertanyaan
seperti itu terus mengembang dan menjadi bahan pemikiran manusia, sehingga
muncul aliran kontruktivisme yang berkembang pada pengunjung abad 20 ini.
Menurut aliran kontruktivisme, pengetahuan ini terbrntuk bukan hanya dari objek semata. Tetapi juga dari
kemampuan individu sebagai objek yang diamati. Menurut kontruktivisme, pengetahuan itu memang
berasal dari luar, tetapi dikontruksi oleh dan dari dalam diri seseorang. Oleh
sebab itu , pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek yang
menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpetasi objek
tersebut. Kedua fator itu sama pentingnya. Dengan demikian, pengetahuan itu
tidak bersifat statis tapi bersifat dinamis, tergantung cara melihat dan
mengkontruksinya. Inilah dasar filisofis dalam pembelajaran berpikir.
Selanjutnya tentang hakikat pengetahuan menurut filsafat kontruktivisme adalah
sebagai berikut:
a.
Pengetahuan
bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan bekala, tetapi selalu merupakan
konstruksi kenyataan melalui subjek.
b.
Subjek
membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk
pengetahuan.
c.
Pengetahuan
dibentuk oleh struktur konsepsi seseorang. Struktur kosepsi membentuk
pengetahuan apabila konsepsi itu berhadapan dengan pengalaman-pengalaman
seseorang (suparno, 1992:21).
Sesuai dengan
penjelasan diatas, maka dalam proses pembelajaran berpikir, pengetahuan tidak
diperoleh sebagai hasil transfer dari orang lain, akan tetapi pengetahuan di
peroleh melalui interaksi mereka dengan objek, fenomena, pengalaman, dan
lingkungan yang ada. Suatu pengetahuan dianggap benar manakala pengetahuan
tersebut berguna untuk menghadapi dan memecah persoalan atau fenomena yang
muncul. Aliran kontruktivisme menganggap bahwa pengetahuan tidak dapat di
transfer begitu saja dari orang kepada orang lain, tetapi harus di
interprestasikan sendiri oleh masing-masing individu. Oleh sebab itu, model
pembelajaran berpikir menekankan kepada aktivitas siswa untuk mencari pemahaman
akan objek, menganalisis, dan mengkontruksinya sehingga terbentuk pengetahuan
baru dalam diri individu.
2. Latar
Belakang Psikologis
Aliaran psikologis
SPPKB adalah aliran psikologis kognitif . menurut aliran kognitif, belajar pada
hakikatnya merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral. Sebagai
peristiwa mental perilaku manusia tidak tidak semata-mata gerakan fisik saja,
akan tetapi yang lebih penting adalah adanya faktor pendorong yang menggerakan
fisik itu. Itu disebabkan karena manusia memiliki kebutuhan yang melekat dalam
dirinya. Kebutuhan itu yang mendorong manusia untuk berperilaku. Piaget
menyatakan “.....children have a built-in
desire to learen.” Inilah yang melatar belakangi SPPKB. Dalam perspektif
psikologi kognitif sebagai SPPKB, belajar adalah proses aktif individu dalam
membangun pengetahuan dan pencapaian tujuan . aartinya, proses belajar tidaklah
tergantung kepada pengaruh dari luar, tetapi sangat tergantung kepada individu
yang belajar (student center). Individu adalah organisme yang aktif. Ialah
sumber dari semua kegiatan. Pada hakikatnya manusia adalah bebas untuk berbuat,
manusia bebas untuk membuat satu pilihan dalam setiap situasi, dan titik pusat
kebebasan tu adalah kesadarannya sendiri. Oleh sebab itu psikologi kognitif
memandang bahwa belajar itu merupakan proses mental. Tingkah laku manusia
hanyalah ekspresi yang dapat diamati sebagai akibat dari eksistensi
internalyang pada hakikatnya bersifat pribadi. Brower dan hilgard (1986:421)
menjelaskan bahwa teori kognitif berkenaan dengan bagaimana seseorang
pengetahuan dan bagaimana mereka menggunakan pengetahuan tersebut untuk
berperilaku yang lebih efektif.
C. Hakiakat
Kemampuan Berpikir Dalam SPPKB
Strategi pembelajaran
peningkatan kemampuan berpikir atau SPPKB merupakan model pembelajaran yang
bertumpu pada proses perbaikan dan peningkatan kemampuan berpikir siswa.
Menurut peter reason (1981), berpikir (thinking) adalah proses mental seseorang
yang lebih dari sekedar meningat (remembering) dan memahami (comprehending).
Menurt reason mengingat dan memahami lebih bersifat pasif daripada kegiatan
berpikir (thinking). Mengingat pada dasarnya hanya melibatkan usaha penyimpanan
sesuatu yang telah dialami untuk suatu saat dikeluarin kembali atas permintaan,
sedangkan memahami memerlukan pemerolehan apa yang didengar dan dibaca serta
melihat keterkaitan antar-aspek dalam memori. Berpikir adalah istilah yang
lebih dari keduanya. Berpikir menyebabkan seseorang harus bergerak hingga
diluar informasi yang didengarnya. Misalkan kemampuan berpikir sesorang untuk
menemukan solusi baru dari suatu persoalan yang dihadapi.
Kemampuan berpikir
merupakan kemampuan mengingat dan memahami, oleh sebab itu kemampuan mengingat adalah
bagian terpenting dalam mengembangkan kemampuan berpikir. Artinya, belum tentu
seseorang yang memiliki kemampuan mengingat dan memahami memilki kemampuan juga
dalam berpikir. Sebaliknya, kemampuan beroikir seseorang sudah pasti diikuti
oleh kemampuan mengingat dan memahami. Hal ini seperti yang dikemukakan peter
reason, bahwa berpikir tidak mungkin terjadi tanpa adanya memori. Bila
seseorang kurang memiliki daya ingat (working
memory), maka orang tersebut tidak mungkin sanggup menyimpan masalah dan
informasi yang cukup lama. Jika seorang kurang memiliki daya ingat jangka
panjang (long term memory), maka orang tersebut dipastikan tidak akan memiliki
catatan masa lalu yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi pada masa sekarang. Dengan demikian, berpikir sebagai kegiatan yang
melibatkan proses mental memerlukan kemampuan mengingat dan memahami,
sebaliknya untuk dapat mengingat dan memahami diperlukan prose mental yang
disebut berpikir.
Berdasarkan penjelasan
diatas maka SPPKB bukan hanya sekedar model pembelajaran yang diarahkan agar
peserta didik dapat mengingat dan memahami berbagai data, fakta atau konsep, akan tetapi sebagaiman data,
fakta dan konsep tersebut dapat dijadikan sebagai alat untuk melatih kemampuan
berpikir siswa dalam menghadapi dan memecahkan suatu persoalan.
D. Karakteristik
SPPKB
Sebagai strategi
pembelajaran yang diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, SPPKB
memiliki tiga karakteristik utam, yaitu sebagai berikut:
1.
Proses
pembelajaran melalui SPPKB menekankan kepada proses mental siswa secara
maksimal. SPPKB bukan model pembelajaran yang hanya menurut siswa sekedar
mendengar dan mencatat, tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses
berpikir. Hal ini sesuai dengan latar belakang psikologis yang menjadi
tumpuanya, bahwa pembelajaran itu adalah peristiwa mental bukan peristiwa
behavioral yang lebih menekankan aktivitas fisik. Artinya, setiap kegiatan
belajar itu disebabkan tidak hanya peristiwa hubungun stimulus-respon saja,
tetapi juga disebsbkan karena dorongan mental yang diatur oleh otaknya.
Berkaitan dengan karakteristik tersebut, mak dalam proses implimentasi SPPKB
perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.
Juka
belajar tergantung pada bagaimana informasi diproses secara mental, maka proses
kognitif siswa harus menjadi kepedulian utama para guru artinya, guru harus
menyadari bahwa proses pembelajaran itu yang terpenting bukan hanya apa yang
dipelajarai, tetapi bagaimana cara mereka mempelajari.
b.
Guru
harus mempertimbangkan tingka perkembangan kognitif siswa ketika merencanakan
topik yang harus dipelajari serta metode apa yang akan digunakan.
c.
Siswa
harus mengorganisasi yang mereka pelajari. Dalam hal ini guru harus membantu
agar siswa belajar untuk melihat hubungan antabagian yang dipelajari.
d.
Informasi
baru akan bisa ditangkap lebih mudah oleh siswa, manakala siswa dapat
mengorganisasikannya dengan pengetahuan yang telah mereka miliki. Dengan
demikian guru harus dapat membantu siswa belajar dengan memperlihatkan bagaimana
gagasan baru berhubungan dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
e.
Siswa
harussecara aktif merespon apa yang mereka pelajari. Merepon dalam konteks ini
adalah aktivitas mental bukan aaktivitas secara fisik.
2.
SPPKB
dibangun dalam nuansa dialogis dan proses tanya jawab secara terus-menerus.
Proses pembelajaran melalui dialog dan tanya jawab itu diarahkan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir siswa, yang pada giliranya
kemampuan berpikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang
mereka kontruksi sendiri.
3.
SPPKB
adalah model pembelajaran yang menyadarkan kepada dua sisi yang sama
pentingnya, yaitu sisi proses dan hasil belajar. Proses belajar diarahkan untuk
meningkatkan kemampuan berpikir, sedangkan sisi hasil belajar diarahkan untuk
mengkontruksi pengetahuan atau penguasaan materi pembeljaran baru.
E. Perbedaan
SPPKB Dengan Pembelajaran Konvensional
Ada perbadaan pokok
antar SPPKB dengan pembelajaran yang selama ini banyak dilakukan guru.
Perbedaan tersebut adalah:
1.
SPPKB
menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar, artinya peserta didik
berperan aktif dalam setiap proses pembelajaran dengan dara menggali
pengalamanya sendiri; sedangaka dalam pembelajaran konvensional peserts didik
ditempatkan sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi
secara pasif.
2.
Dalam
SPPKB, pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata melalui penggalian
pengalaman setiap siswa; sedangkan dalam pembelajaran konvensional pembelajaran
bersifat teoritis dan abstrak.
3.
Dalam
SPPKB, perilaku dibangun atas kesadaran diri, sedangkan dalam pembelajaran
konvensional perilaku dibangun atas proses kebiasaan.
4.
Dalam
SPPKB, kemampuan didasarkan atas panggilan pengalaman; sedangkan dalam
pembelajaran konvensional kemampuan diperoleh melalui latihan-latihan.
5.
Tujuan
akhir dari pembelajaran melalui SPPKB adalah kemampuan berpikir melalui proses
menghubungkan antara pengalaman dengan kenyataan; sedangkan dalam pembelajaran
konvensional tujuan akhir adalah penguasaan meteri pembelajaran.
6.
Dalam
SPPKB, tidakan atau perilaku dibangun atas kesadaran diri sendiri, misalnya
individu tidak melakuakan perilaku tertentu karena ia menyadari bahwa perilaku merugikan
dan tidak bermanfaat; sedangkan pembelajaran konvensional tindakan atau
perilaku individu didasarkan oleh faktor dari luar dirinya, misalnya individu
tidak melakukan sesuatu akaibat takut hukuman.
7.
Dalam
SPPKB, pengetahuan yang dimiliki setiap individu selalu berkembang sesuai
dengan pengalaman yang dialaminya, oleh sebab itu setiap peserta didik bisa
terjadi perbedaan dalam memaknai hakikat pengetahuan yang dimilikinya. Dalam
pembelajaran konvensional, hal ini tidak mungkin terjadi. Kebenaran yang
dimiliki bersifat absolut dan final, oleh karena pengetahuan dikontruksi oleh
orang lain.
8.
Tujuan
yang ingin di capai oleh SPPKB adalah kemampuan siswa dalam proses berpikir
untuk memperoleh pengetahuan, maka kreteria keberhasilan ditentukan oleh proses
dan hasil belajar; sedangkan dalam pembelajaran konvensional keberhasilan
pembelajaran biasanya hanya diukur dari test.
Dari perbedaan pokok
diatas SPPKB memang memiliki perbedaan baik dilihat dari asumsi maupun proses
pelaksanaan dan pengelolaanya.
F. Tahapan-tahapan
pembelajaran SPPKB
SPPKB menekankan kepada
keterlibatan ssiswa secara penuh dalam belajar. Hal ini sesuai dengan hakikat
SPPKB yang tidak mengharapkan siswa sebagai objek belajar yang hanya duduk
mendengarkan penjelasan gurukemudian mencatat untuk dihafalkan. Cara yang
demikian bukan saja tidak sesuai dengan hakikat belajar sebagai usaha untuk memperoleh
pengalaman, namun juga dapat menghilangkan gairah dan motivasi belajar siswa
(george W. Maxsim:1987).
Ada 6 tahap dalam SPPKB. Setiap dijelaskan berikut
ini:
1.
Tahap
Orientasi
Pada tahap ini guru
mengkondisikan siswa pada posisi siap untuk melakukan pembelajaran. Tahap
orientasi dilakukan dengan, pertama, penjelasan
tujuan yang harus dicapai, maupun tujuan yang berhubungan dengan proses
pembelajaran atau kemampuan berpikir yang harus dilakukan siswa, kedua, penjelasan proses pembelajaran
yang harus dilakukan siswa, yaitu penjelasan tentang apa yang harus dilakukan
siswa dalam setiap tahapan proses pembelajran.
Pemahaman siswa
terhadap arah dan tujuan yang harus dicapai dalam proses pembelajaran seperti
yang dijelaskan pada tahap orientasi sangat menentukan keberhasilan SPPKB.
Pemahaman yang baik akan membuat siswa ke mana mereka akan dibawa, sehingga
dapat menumbuhkan motivasi belajar mereka. Oleh sebab itu, tahapan ini merupakan
tahapan yang sangat penting dalam implementasi proses pembelajaran. Untuk
itulah dialog yang dikembangkan guru pada tahapan ini harus mampu menggugah dan
menumbuhkan minat beljara siswa.
2.
Tahap
Pelacakan
Tahap pelacakan adalah
tahap penjejakan untuk memahami pengalaman dan kemampuan dasar siswa sesuai
dengan tema atau pokok persoalan yang akan dibicarakan. Melalui tahapan inilah
guru mengembangkan dialog dan tanya jawab untuk mengungkap pengalaman apa saja
yang dimiliki siswa yang dianggap relevan dengan tema yang akan dikaji. Dengan
berbekal pemahaman itulah selanjutnya guru menentukan bagaimana ia harus
menembangkan dialog dan tanya jawab pada tahapan-tahapan selanjutnya.
3.
Tahap
Konfrontasi
Tahap konfrontasi
adalah tahap penyajian persoalan yang harus dipecahkan sesuai dengan tingkat
kemampuan dan pengalaman siswa. Untuk merangsang peningkatan kemampuan siswa
pada tahap ini guru dapat memberikan persoalan-persoalan yang delematis yang
memerlukan jawaban atau jalan keluar. Persoalan yang diberikan sesuai dengan
tema atau topik itu tentu saja persoalan yang sesuai dengan kemampuan dasar
atau pengalaman siswa seperti yang diperoleh pada tahap kedua. Pada tahap ini
guru harus dapat mengembangkan dialog agar siswa-siswa benar-benar memahami
persoalan yang harus dipecahkan. Itu disebabkan pemahaman terhadap masalah akan
mendorong siswa untuk dapat berpikir. Oleh sebab itu keberhasilan pembelajaran
pada tahap selanjutanya akan ditentukan oleh tahapan ini.
4.
Tahap
Inkuri
Tahap inkuri adalah
tahapan terpenting dalam SPPKB. Pada tahap inilah siswa berpikir yang
sesungguhnya. Melalui tahap inkuri, siswa diajak untuk memecahakan persoalan
yang dihadapi. Oleh sebab itu pada tahap ini guru harus memberikan ruang dan
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan gagasan dalam upaya pemecahan
persoalan. Melalui berbagai tehnik bertanya guru harus dapat menumbuhkan
keberanian siswa agar mereka dapat menjelaskan, mengungkap fakta sesuai dengan
pengalamannya, memberikan argumentasi dan meyakinkan, mengembangkan gagasan,
dan lain sebagainya.
5.
Tahap
Akomodasi
Tahap akomodasi adalah
tahapan pembentukan pengetahuan baru melalui proses penyimpulan. Pada tahap ini
siswa dituntut untuk dapat menemukan kata-kata kunci sesuai dengan topik atau
tema pebelajaran. Pada tahap ini melalui dialog, guru membimbing agar siswa
dapat menyimpulkan apa yang mereka temukan dan mereka pahami sekitar topik yang
dipermasalahkan. Tahap akomodasi bisa juga dikatakan sebagai tahap pemantapan
hasil belajar, sebab pada tahap ini siswa diarahkan untuk mampu mengungkap
kembali pembahasan yang dianggap penting dalam proses pembelajaran.
6.
Tahap
Transfer
Tahap trasfer adalah
tahap penyajai masalah baru yang sepadan dengan masalah yang disajikan. Tahap
transfer dimaksudkan sebagai tahap agar siswa mampu mentransfer kemampuan
berpikir siswa untuk memecahkan masalah-masalah baru. Pada tahap ini guru dapat
memberikan tugas-tugas yang sesui dengan topik pembahasan.
Sesuai tahapan-tahapan
dalam SPPKB seperti yang telah dijelaskan diatas, maka ada beberapa hal yang
harus diperhatikan agar SPPKB dapat berhasil dengan sempurna khususnya bagi
guru sebagai pengelola pembelajaran.
1.
SPPKB
adalah model pembelajaran yang bersifat demokratis, oleh sebab itu guru harus
mamapu menciptakan suasana yang terbuka dan saling menghargai, sehingga setiap
siswa dapat mengembangkan kemampuanya dalam menyampaikan pengalaman dan
gagasan. Dalam SPPKB guru harus menempatkan siswa sebagai subjek belajar bukan
sebagai objek. Oleh sebab itu, inisiatif pembelajaran harus muncul dari siswa
sebagai subjek belajar.
2.
SPPKB
di bangun dalam suasana tanya jawab, oleh sebab itu guru dituntut untuk dapat
mengembangkan kemampuan bertanya, misalnya kemampuan bertanya untuk melacak,
kemampuan bertanya untuk memancing, bertanya induktif-deduktif, dan
mengembangkan pertanyaan terbuka dan tertutup. Hindari para guru sebagai sumber
belajar yang memberikan informasi tentang materi pelajaran.
3.
SPPKB
juga merupakan model pembelajaran yang dikembangkan dalam suasana dialogis,
karena itu guru harus mampu merangsang dan membangkaitkan keberanian siswa
untuk menjawab pertanyaan, menjelaskan, membuktikan dengan memberikan data dan
fakta sosial serta keberanian untuk mengeluarkan ide dan gagasan serta
menyususn kesimpulan dan mencari hubungan antara-aspek yang dipermasalahkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Sanjaya,
wina. 2006. Strategi Pembelajaran Beronrientasi Standar Proses Pendidikan.
Bandung. .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar