BAB I
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG MASALAH
Pada awalnya istilah strategi digunakan dalam dunia militer yang
diartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan
suatu peperangan. Stategi tersebut dimaksudkan agar peperangan dapat
dimenangkan dengan rencana yang telah disusun. Seiring dengan berjalannya waktu
dan semakin tingginya tingkat peradapan manusia banyak bidang-bidang lainnya
yang membutuhkan strategi untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Contohnya,
pada bidang ekonomi dibutuhkan strategi pemasaran yang baik agar produk yang
dijual laku dipasaran. Begitu pula dengan dunia pendidikan yang dalam hal ini
adalah pembelajaran di dalam kelas juga membutuhkan sebuah strategi
pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Strategi tersebut
disesuaikan dengan karakteristik dan kondisi yang ada dilapangan. Strategi
pembelajaran inilah yang akan membantu
guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Strategi tersebut dapat disesuaikan
dengan pijakan yang diambil oleh guru.
Seiring dengan perkembangan ilmu pendidikan yang juga mengakibatkan
adanya perkembangan dalam dunia pendidikan maka muncul banyak sekali pijakan
yang dapat digunakan oleh guru dan juga macam strategi yang dapat digunakan
oleh guru dalam kegiatan pembelajaran. Misalnya pembelajaran yang berorientasi
pada aktivitas siswa. Banyak guru yang belum paham mengenai strategi
pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa. Oleh karena hal tersebut
makalah ini akan membahas mengenai strategi pembelajaran khususnya yakni
pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa. Dan semoga makalah ini
akan bermanfaat bagi generasi guru masa depan.
I.2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka masalah mangenai Strategi
pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas peserta didik dapat dirumuskan
sebagai berikut :
- Apa pengertian strategi pembelajaran yang
berorientasi pada aktivitas peserta didik?
- Apa saja kelebihan dan kekurangan strategi
pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas peserta didik?
- Apa saja yang menjadi dasar pertimbangan
pemilihan strategi tersebut?
- Apa saja langkah pelaksanaan strategi
pembelajarannya?
- Bagaimana upaya pemecahan kasus
pembelajarannya?
I.3. TUJUAN DAN MANFAAT
Setiap tulisan atau karya tulis yang bersifat ilmiah tentunya memiliki
tujuan dan manfaat yang sifatnya pengetahuan dalm bentuk ilmu pengetahuan.
Begitu juga dengan makalah ini memiliki tujuan untuk menyelesaikan tugas
kelompok untuk mata kuliah strategi pembelajaran, selain itu untuk menjelaskan
pengertian strategi pembelajaran yang berorientasi pada siswa, kelebihan dan
kekurangan strategi tersebut sehingga dapat menjadi dasar-dasar pertimbangan
dalam pemilihan strategi tersebut, bagaimana langkah pelaksanaan strategi
tersebut dan bagaimana upaya pemecahan kasus pembelajarannya. Dari hal tersebut
dapat diambil manfaat dari pembuatan makalah ini adalah dapat mengetahui
pengertian strategi pembelajaran yang berorientasi pada siswa, kelebihan dan
kekurangan strategi tersebut sehingga dapat menjadi dasar-dasar pertimbangan
dalam pemilihan strategi tersebut, bagaimana langkah pelaksanaan strategi
tersebut dan bagaimana upaya pemecahan kasus pembelajarannya, sehingga sebagai
calon pendidik atau guru akan dapat menggunakan strategi ini dalam kegiatan
pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1.
PENGERTIAN STRATEGI PEMBELAJARAN YANG BERORIENTASI PADA AKTIVITAS SISWA
Pada
mulanya, istilah strategi digunakan dalam dunia militer yang diartikan sebagai cara
penggunaan seluruh kekuatan militer untuk memenangkan suatu peperangan. Namun
strategi pembelajaran dalam dunia pendidikan diartikan sebagai perencanaan
yang berisi tentang rangkaian kegiatan
yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran
merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk metode strategi pembelajaran juga disusun untuk
mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi
adalah pencapaian tujuan. Untuk dapat mengimplementasikan yang sudah disusun
dalam kegiatan nyata agar tujuan tercapai secara optimal, ini yang dinamakan
metode. Metode digunakan untuk merealisasikan rencana yang telah ditetapkan.
Dengan demikian, satu strategi pembelajaran dapat digunakan beberapa metode.
Istilah lain yang memiliki kemiripan dengan strategi adalah pendekatan atau
approch. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran. Pendekatan merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya
masih sangat umum. Oleh karenanya strategi dan metode pembelajaran yang
digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan.
Strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas
siswa berarti suatu perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang
didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu dengan menggunakan pendekatan pada kegiatan atau
aktivitas siswa. Dalam standar proses pendidikan,
pembelajaran didesain untuk membelajarkan siswa. Artinya, sistem pembelajaran
menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dengan kata lain, pembelajaran
ditekankan atau berorientasi aktivitas siswa (PBAS).
Ada
beberapa asumsi perlunya pembelajaran berorientasi pada aktivitas siswa. Pertama, asumsi filosofis tentang
pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mengembangkann manusia
menuju kedewasaan, baik kedewasaan intelektual, sosial, maupun kedewasaan
moral. Oleh karena itu, hakikat pendidikan pada dasarnya adalah interaksi manusia,
pembinaan dan pengembangan potensi manusia, berlangsung sepanjang hayat, kesesuaian dengan kemampuan
dan tingkat perkembangan sisiwa, keseimbangan antara kebebasan subjek didikdan
kewibaan guru, serta peningkatan kualitas hidup.
Kedua, asumsi tentang siswa
sebagai subjek pendidikan, yaitu
· siswa
bukanlah manusia ukuran mini, akan tetapi manusia yang sedang dalam tahap
perkembangan.
· Setiap
manusia memiliki kemampuan yang berbeda.
· Anak
didik pada dasarnya adalah insan yang aktif, kreatif, dan dinamis dalam
menghadapi lingkungannya.
Ketiga, asumsi tentang guru
bahwa guru bertanggung jawab atas tercapainya hasil belajar peserta didik dan
memiliki kemampuan profesional dalam mengajar.
Keempat,
asumsi yang berkaitan dengan proses pengajaran yaitu bahwa proses pengajaran
direncanakan dan dilaksanakan sebagai suatu sistem dan peristiwa belajar akan
terjadi manakala sisiwa berinteraksi dengan lingkungan yang diatur oleh guru.
II.1.a.
Konsep dan Tujuan Pembelajaran yang Berorientasi pada Aktivitas Siswa (PBAS)
Pembelajaran berorientasi aktivitas siswa
dapat dipandang sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan
pada aktivitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa
perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang.
Pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa ini
menekankan kepada aktivitas sisiwa secara optimal, artinya pembelajaran menghendaki
keseimbangan antara aktivitas fisik, mental, termasuk emosional dan aktivitas
intelektual. Seorang siswa yang tampaknya hanya
diam saja, tidak berarti memiliki kadar pembelajaran
berorientasi aktivitas siswa yang rendah
dibandingkan dengan seseorang yang sibuk mencatat. Sebab, mungkin saja yang
duduk itu secara mental ia aktif, misalnya menyimak, menganalisis dalam
pikirannya. Sebaliknya, siswa yang sibuk mencatat tidak bisa dikatakan memiliki
kadar pembelajaran atau aktivitas
yang tinggi jika yang bersangkutan hanya sekedar secara fisik aktif mencatat,
tidak diikuti oleh aktivitas mental dan emosional.
Pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa juga menghendaki hasil belajar yang seimbang
dan terpadu antara kemampuan intelektual (kognitif), sikap (afektif), dan
keterampilan (psikomotorik). Artinya, dalam pembelajaran
yang berorientasi pada aktivitas siswa pembentukan
siswa secara keseluruhan merupakan tujuan utama dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa ini
tidak menghendaki pembentukan siswa yang
secara intelektual cerdas tanpa diimbangi olah sikap dan keterampilan, dan
sebagainya.
Pendekatan
pembelajaran ini bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran agar lebih bermakna. Melalui pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa
ini siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai sejumlah
informasi, tetapi juga bagaimana memanfaatkan informasi itu untuk kehidupannya.
Dihubungkan dengan tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai yang bukan
hanya membentuk manusia yang cerdas, akan tetapi juga yang lebih penting adalah
membentuk manusia yang bertakwa dan memiliki keterampilan disamping memiliki
sikap budi luhur, maka pembelajaran
yang berorientasi pada aktivitas siswa ini
merupakan pendekatan yang sangat cocok dikembangkan.
II.1.b. Peran guru dalam
implementasi Pembelajaran yang Berorientasi pada Aktivitas Siswa (PBAS)
Kekeliruan
yang kerap muncul adalah adanya anggapan bahwa dengan pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa
peran guru semakin berkurang. Anggapan semacam ini tentu saja tidak tepat,
sebab walaupun pembelajaran ini
didesain untuk meningkatkan aktivitas siswa, tidak berarti mengakibatkan
kurangnya peran dan tanggung jawab guru. Baik guru maupun siswa sama-sama harus
berperan penuh, oleh karena peran mereka sama-sama sebagai subjek belajar.
Adapun yang membedakannya hanya terletak pada tugas yang harus dikerjakan. Dalam implementasi pembelajaran ini guru tidak
berperan sebagai satu-satunya sumber belajar yang bertugas menuangkan materi
pelajaran kepada siswa, akan tetapi yang lebih penting adalah bagaimana
memfasilitasi agar siswa belajar. Oleh karena itu, pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa
menuntut guru untuk kreatif dan
inovatif sehingga mampu menyesuaikan kegiatan mengajarnya dengan gaya dan karakteristik
belajar siswa. Dalam upaya
itu ada beberapa kegiatan yang dapat dilakukan guru, antara lain :
· Mengemukakan berbagai
alternatif tujuan pembelajaran yang harus dicapai sebelum kegiatan pembelajaran
dimulai. Artinya, tujuan pembelajaran tidak semata-mata ditentukan oleh guru,
akan tetapi diharapkan siswa pun terlibat dalam menentukan dan merumuskannya.
· Menyusun tugas-tugas
belajar bersama-sama. Artinya, tugas-tugas apa yang sebaiknya dikerjakan oleh
siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, tidak hanya ditentukan guru tetapi
juga siswa. Hal ini dilakukan untuk memupuk tanggung jawab siswa. Biasanya
manakala siswa terlibat dalam menentukan jenis
tugas dan batas akhir penyelesaiannya, siswa akan lebih bertangguung
jawab untuk mengerjakannya.
· Memberikan informasi
tentang kegiatan yang harus dilakukan. Dengan pemberitahuan rencana
pembelajaran, maka siswa akan semakin paham apa yang harus dilakukan.
· Memberikan bantuan dan
pelayanan kepada siswa yang memerlukannya. Guru perlu menyadari bahwa siswa
memiliki kemampuan yang beragam. Karena itu guru harus memiliki kontrol apalagi
terhadap siswa yang dianggap lambat dalam belajar.
·
Memberi motivasi,
mendorong siswa untuk belajar melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan.
· Membantu siswa dalam
menarik kesimpulan. Dalam implementasi pembelajaran
yang berorientasi pada aktivitas siswa, guru tidak
menyimpulkan sendiri pokok bahasan yang telah dipelajari.
Selain peran-peran
diatas , masih banyak tugas yang menjadi tanggung jawab guru. Guru tidak hanya
menempatkan diri sebagai sumber informasi, tetapi berperan sebagai penunjuk dan
fasilitator dalam memanfaatkan sumber belajar.
II.1.c. Penerapan Pembelajaran
yang Berorientasi
pada Aktivitas Siswa dalam proses
pembelajaran
Dalam
kegiatan belajar mengajar pada pembelajaran
yang berorientasi pada aktivitas siswa diwujudkan
dalam berbagai bentuk kegiatan, seperti mendengarkan, berdiskusi, memproduksi
sesuatu, menyusun laporan, memecahkan masalah, dan sebagainya. Keaktifan siswa
ada yang dapat diamati secara langsung
seperti mengerjakan tugas, berdiskusi, megumpulkan data dan lainnya.
Namun ada juga yang tidak dapat
diamati seperti kegiatan mendengarkan dan menyimak. Untuk dapat mengetahui
apakah proses pembelajaran memiliki kadar pembelajaran
dengan aktivitas siswa yang tinggi, sedang, rendah, dapat
dilihat dari kriteria penerapan pembelajaran
yang berorientasi pada aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran. Kriteria tersebut menggambarkan sejauh mana keterlibatan siswa
dalam pembelajaran baik dalam perencanaan pembelajarann, proses pembelajaran
maupun dalam mengevaluasi hasil
pembelajaran. Semakin siswa terlibat dalam ketiga aspek tersebut, maka kadar pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa
akan semakin tinggi.
a. Kadar
pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa
dilihat dari proses perencanaan
·
Adanya keterlibatan
siswa dalam merumuskan tujuan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan serta pengalaman dan motivasi yang dimiliki sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan kegiatan pembelajaran.
·
Adanya keterlibatan
siswa dalam menyusun rancangan pembelajaran.
·
Adanya keterlibatan
siswa dalam menentukan dan memilih sumber belajar yang diperlukan.
·
Adanya keterlibatan
siswa dalam menentukan dan mengadakan media pembelajaran yang akan digunakan.
b. Kadar
pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa
dilihat dari proses pembelajaran
· Adanya keterlibatan
siswa baik secara fisik, mental, emosinal maupun intelektual dalam setiap
proses pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari tingginya perhatian dan motivasi
siswa untuk menyelesaikan setiap tugas yang diberikan sesuai dengan waktu yang
telah ditentukan.
·
Siswa belajar secara
langsung (experiential learning).
Dalam proses pembelajaran secara langsung, konsep dan prinsip diberikan melalui
pengalaman nyata seperti mraba, merasakan, mengoperasikan dan sebagainya.
·
Adanya keinginan siswa
untuk menciptakan iklim belajar yang kondusif.
· Keterlibatan siswa
dalam mencari dan memanfaatkan sumber belajar yang tersedia yang dianggap
relevan dengan tujuan pembelajaran.
· Adanya keterlibatan
siswa dalam melakukan prakarsa seperti menjawab dan mengajukan
pertanyaan,berusaha memecahkan masalah selama pembelajaran berlangsung.
·
Terjadinya interaksi
multi arah, baik antara siswa dengan siswa, antara guru dan siswa.
c. Kadar
pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa
ditinjau dari kegiatan evaluasi pembelajaran
·
Adanya keteribatan
siswa untuk menggevaluasi sendiri hasil pembelajaran yang telah dilakukannya.
· Keterlibatan siswa
secara mandiri untuk melaksanakan kegiatan semacam tes dan tugas-tugas
tertentu.
· Kemauan siswa untuk
menyusun laporan baik tertulis maupun secara lisan berkenaan hasil belajar
yangg diperolehnya.
Dari ciri-ciri tersebut dapat ditentukan apakah proses
pembelajaran yang diciptakan tinggi, sedang, atau rendah.
II.1.c. Faktor
yang Mempengaruhi Pembelajaran yang Berorientasi pada Siswa (PBAS)
Keberhasilan
penerapan PBAS
dalam proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :
A.
Guru
Dalam
proses pembelajaran dalam kelas, guru merupakan ujung tombak yang menentukan
keberhasilan penerapan PBAS, karena guru orang yang berhadapan langsung dengan
sisiwa. Ada beberapa hal yang memengaruhi keberhasilan PBAS dipandang dari
sudut guru, sikap profesionalitas guru, latar belakang pendidikan guru, dan
pengalaman belajar mengajar.
·
Kemampuan guru
Kemampuan
guru merupakan faktor pertama yang dapat memengaruhi keberhasilan pembelajaran
dengan pendekatan PBAS. Guru yang memeiliki kemampuan yang tinggi akan bersikap
kreatif dan inovatif yang selamanya akan mencoba dan mencoba menerapkan
berbagai penemuan baru yang dianggap lebih baik untuk membelajarkan sisiwa.
Kemampuan
guru itu bukan hanya dalam tataran desain perencanaan pembelajaran. Dalam aspek
perencanaan misalnya, guru dituntut untuk mampu mendesain perencanaan yang
memungkinkan secara terbuka siswa dapat belajar sesuai minat dan bakatnya,
seperti kemampuan menyusun dan menyajikan materi atau pengalaman belajar siswa,
kemampuan untuk merancang desain pembelajaran yang tepat sesuai dengan tujuan yang
akan dicapai, kemampuan menentukan dan memanfaatkan media dan sumber belajar,
serta kemampuan menentukan alat evaluasi yang tepat untuk mengukur keberhasilan
proses pembelajaran.
Kemampuan
dalam proses pembelajaran berhubungan erat dengan bagaimana cara guru
mengimplementasikan perencanaan pembelajaran, yang mencakup kemampuan
menerapkan keterampilan dasar mengajar dan keterampilan mengembangkan berbagai
model pembelajaran yang dianggap mutakhir. Keterampilan dasar mengajar yang
harus dimiliki, seperti keterampilan bertanya, keterampilan variasi stimulus,
keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan memberikan pengutan
(reinforcement), dan lain sebagainya. Sedangkan keterampilan mengembangkan
model pembelajaran contohnya mengembangkan model inkuiri, discovery, model
keterampilan proses, model pembelajaran, metode klinis, advance organize, dan
sebagainya.
·
Sikap profesional guru
Sikap
profesional guru berhubungan dengan motivasi yang tinggi dalam melaksanakan
tugas mengajarnya. Guru yang profesional selamanya akan berusaha untuuk
mencapai hasil yang optimal. Ia tidak akan merasa puas dengan hasil yang telah
dicapai. Oleh karena itu, ia akan selalu belajar untuk menembah wawasan ilmu
pengetahuan dan meningkatkan kemampuan keterampilannya, misalnya dengan melacak
berbagai sumber belajar melalui kegiatan membaca, mengikuti kegiatan-kegiatan
ilmiah seperti seminar, diskusi,
simposium dan lain-lain. Selain itu dapat juga melacak informasi dengan
memanfaatkan hasil-hasil teknologi seperti televisi, radio, komputer dan
internet. Penerapan PBAS sebagai suatu pendekatan pembelajaran yang menuntut
aktivitas siswa secara penuhdalam rangka mencapai tujuan pembelajaran, akan
sangat dipengaruhi oleh tingkat profesional guru. PBAS tidak akan berhasil
diimplementasikan oleh guru yang memiliki motivasi rendah.
·
Latar belakang
pendidikan dan pengalaman mengajar guru
Latar
belakang pendidikan dan pengalaman
mengajar guru akan sangat berpengaruh terhadap implementasi PBAS. Dengan latar
belakang pendidikan yang tinggi, memungkinkan guru memiliki pandangan dan
wawasan yang luas terhadap variabel-variabel pembelajaran seperti pemahaman
tentang psikologi anak, pemahaman terhadap unsur lingkungan dan gaya belajar
siswa, pemahaman tentang berbagai model dan metode pembelajaran. Demikian juga
halnya dengan pengalaman mengajar. Guru yang telah mengalami jam terbang
mengajar yang tinggi memungkinkan ia lebih mengenal berbagai hal yang berkaitan
dengan proses pembelajaran.
B.
Sarana
belajar
Keberhasilan
implementasi pembelajaran yang
berorientasi pada aktivitas siswa juga dapat dipengaruhi
oleh ketersediaan sarana belajar yang meliputi ruang kelas, setting tempat
duduk siswa,, media, dan sumber belajar.
·
Ruang kelas
Kondisi
ruang kelas merupakan faktor yang menentukan keberhasilan penerapan pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa.
Ruang kelas yang terlalu sempit misalnya, akn mempengaruhi kenyamanan siswa
dalam belajar. Demikian juga dengan penataan kelas. Kelas yang tidak ditata
dengan rapi, tanpa ada gambar yang menyegarkan, ventilasi yang kurang memadai,
yang akan membuat siswa lelah dan tidak bergairah dalam belajar.
·
Media dan sumber
belajar
Pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa
merupakan pendekatan yang menggunakan multimedia dan multimetode. Artinya, melalui
pembelajaran tersebut
siswa memungkinkan untuk belajar dari berbagai informasi secara mandiri, baik
dari media grafis seperti buku, majalah, surat kabar, dan lain-lain. Dari media
elektronik seperti radio, televisi, video, komputer dan sebagainya. Oleh karena
itu, keberhasilan penerapan pembelajaran
ini akan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dan
pemanfaatan media dan sumber belajar.
C.
Lingkungan
belajar
Lingkungan
belajar merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran
yang berorientasi pada aktivitas siswa
(PBAS). Ada dua hal yang termasuk kedalam faktor lingkungan belajar, yaitu
lingkungan fisik dan lingkungan psikologis. Lingkungan fisik meliputi keadaan
dan kondisi sekolah, misalnya jumlah kelas, laboratorium, perpustakaan, kantin,
kamar kecil yang tersedia ; serta dimana lokasi sekolah itu berada. Apabila
sekolah terletak didekat terminal atau pasar yang bising, misalnya, ttentu akan
memengaruhi kenyamanan anak dalam belajar.
Contoh
lingkungan fisik yang lain yaitu, keadaan dan jumlah guru. Keadaan guru
misalnya kesesuaian bidang studi yang melatarbelakangi pendidikan guru dengan
mata pelajaran yang diiberikannya. Seorang guru lulusan pendidikan teknik
misalnya, akan mempengaruhi kinerjanya manakala ia mengajar bidang olahraga.
Demikian juga halnya seseorang yang tidak pernah belajar ilmu keguruan tidak
akan optimal manakala harus mengajar di depan kelas, bagaimanapun hebatnya
kualitas orang tersebut.
Lingkungan
psikologis diantaranya iklim sosial yang ada di lingkungan sekolah itu.
Misalnya, keharmonisan hubungan antara guru dengan guru, antara guru dengan
kepala sekolah, termasuk keharmonisan pihak sekolah dengan orang tua. Pembelajaran yang
berorientasi pada aktivitas siswa
merupakan pendekatan pembelajaran yang memerlukan usaha dari setiap orang yang
terlibat. Oleh karena itu, tidak mungkin pembelajaran
tersebut dapat diimplementasikan dengan sempurna
manakala tidak terjadi hubungan yang baik antara semua pihak yang terlibat
II.2.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN STRATEGI PEMBELAJARAN YANG BERORIENTASI PADA AKTIVITAS
PESERTA DIDIK PENERAPANNYA DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN
Strategi pembelajaran sebagai suatu metode untuk
mencapai tujuan pembelajaran dalam penggunaannya tidak selalu cocok dengan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Oleh karenanya strategi tersebut
memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut ini kelebihan dan kekurangan
strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa.
II.2.a.
Kelebihan Penggunaan Strategi Pembelajaran Yang Berorientasi pada Aktivitas
Siswa
1.
Dalam strategi
pembelajaran yang berorientasi pada siswa ini menekankan kepada aktivitas siswa
secara optimal, yaitu bahwa ada keseimbangan antara aktivitas fisik, mental,
emosional juga aktivitas intelektual. Dengan tujuan untuk
memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan
psikomotor secara seimbang.
2.
Siswa berperan
sebagai subjek pendidikan bukan objek pendidikan yang harus dijejali dengan
berbagai informasi, melainkan siswa tersebut mengolah informasi tersebut dan
mengaplikasikannya atau menghubungkannya dengan kehidupan. Sehingga melalui
pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa
ini siswa tidak hanya dituntut untuk menguasai sejumlah
informasi, tetapi juga bagaimana memanfaatkan informasi itu untuk kehidupannya. Dan menjadikan siswa adalah subjek yang memiliki
potensi untuk dapat dikembangkan.
3.
Dalam strategi
pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa guru tidak berperan sebagai
satu-satunya sumber belajar yang bertugas menuangkan materi pelajaran kepada
siswa, akan tetapi guru berperan sebagai penunjuk dan fasilitator dalam
memanfaatkan sumber belajar. Yang lebih penting lagi bahwa peran guru adalah
memfasilitasi agar siswa belajar.
4.
Dalam strategi
pembelajaran yang berorientasi pada aktifitas siswa guru dan siswa sama-sama
berperan sebagai subjek belajar yang membedakan hanyalah tugasnya
masing-masing.
5.
Kegiatan
pembelajaran lebih bermakna dan efisien karena siswa berpartisipasi dalam
kegiatan perumusan tujuan pembelajaran dan pengambilan kesimpulan.
II.2.b.
Kekurangan Penggunaan Strategi Pembelajaran Yang Berorientasi pada Aktivitas
Siswa
1.
Dalam kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan strategi pembelajaran yang berorientasi pada
aktifitas siswa aktif dan tidak aktifnya siswa berpartisipasi dalam kegiatan
pembelajaran hanya siswa yang mengetahuinya secara pasti. Karena keaktifan siswa ada yang
dapat diamati secara langsung seperti
mengerjakan tugas, berdiskusi, megumpulkan data dan lainnya. Namun ada hal yang tidak dapat diamati seperti
kegiatan mendengarkan dan menyimak.
2.
Keberhasilan
strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktifitas siswa sangat tergantung
kepada apa yang dimiliki oleh guru seperti kemampuan guru, sikap
profesionalitas guru, latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar guru.
Karena hal-hal tersebut yang sangat menentukan bagaimana guru bisa menjalankan
perannya sebagai penunjuk dan fasilitator sehingga guru dapat memfasilitasi
siswanya untuk belajar. Tanpa hal-hal yang harus dimiliki oleh guru tersebut
dapat dipastikan proses kegiatan pembelajaran tidak akan berhasil dengan baik.
II.3. DASAR
PERTIMBANGAN PEMILIHAN STRATEGI PEMBELAJARAN
Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan
kemampuan baru. Ketika kberfikir informasi dan kemampuan apa yang harus
dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu juga semestinya berpikir strategi apa
yang harus dilakukan agar semua itu dapat terwujud secara efektif dan efisien.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah Prinsip umum penggunaan strategi
pembelajaran adalah bahwa tidak semua strategi pembelajaran itu cocok digunakan
untuk mencapai semua tujuan dan semua keadaan. Oleh karenanya dalam pemilihan
strategi pembelajaran terdapat prinsip-prinsip penggunaan strategi pembelajaran
yang dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam pemilihan strategi
pembelajaran, adalah sebagai berikut :
1.
Berorientasi pada
tujuan
Dalam sistem
pembelajaran tujuan merupakan komponen yang utama. Segala aktivitas guru dan
siswa,mestilah harus diupayakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Oleh karenanya keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Tujuan
pembelajaran dapat menentukan suatu strategi
yang harus digunakan guru. Hal ini sering dilupakan guru. Guru yang yang
senang berceramah, hampir setiap tujuan menggunakan strategi penyampaian,
seakan-akan dia berpikir bahwa segala jenis tujuan dapat dicapai dengan strategi yang demikian.
Strategi
pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas peserta didik sangat cocok
digunakan dalam pembelajaran dengan tujuan pemecahan masalah, contohnya seperti
kegiatan diskusi.
2.
Aktivitas
Srategi
pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas peserta didik ini baik untuk
digunakan karena dasar pertimbangan prinsip aktivitas karena kegiatan belajar
itu bukanlah menghafal
sejumlah fakta atau informasi. Belajar adalah berbuat; memperoleh pengalaman
tertentu sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Karena itu, strategi
pembelajaran harus dapat mendorong aktivitas siswa. Aktivitas tidak
dimaksudkan terbatas pada aktivitas
fisik, akan tetapi juga meliputi aktivitas yang bersifat psikis seperti aktivitas mental. Guru sering
lupa dengan hal ini. Banyak guru yang terkecoh oleh sikap siswa yang pura-pura
aktif padahal tidak.
3.
Individualitas
Mengajar adalah usaha
mengembangkan setiap individu siswa. Walaupun
mengajar pada sekelompok siswa, namun pada hakikatnya yang ingin dicapai adalah perubahan
perilaku setiap siswa. Oleh karena itu, dilihat
dari segi jumlah siswa sebaiknya standar keberhasilan guru ditentukan
setinggi-tingginya. Semakin tinggi standar keberhasilan ditentukan, maka
semakin berkualitas proses pembelajaran.
Strategi
pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa baik digunakan untuk
mengembangkan potensi individualitas dengan menggunakan metode Time Token Arends, karena metode
tersebut menghindari siswa mendominasi pembicaraan dalam kegiatan pembelajaran
dan atau siswa yang diam sama sekali.
4.
Integritas
Mengajar harus
dipandang sebagai usaha mengembangkan seluruh siswa. Mengajar bukan hanya
mengembangkan kemampuan kognitif saja, akan juga meliputi pengembangan aspek
afektif dan aspek psikomotorik. Oleh karena itu, strategi pembelajaran harus
dapat mengembangkan seluruh aspek kepribadian siswa secara terintegrasi.
Penggunaan metode diskusi misalnya, guru harus dapat merancang strategi pelaksanaan
diskusi tak hanya terbatas pada pengembangan aspek intelektual saja, tetapi
harus mendorong siswa agar mereka bisa berkembang secara keseluruhan, seperti
mendorong agar siswa dapat menghargai pendapat orang lain, berani mengeluarkan
gagasan atau ide orisinil, bersikap jujur, dan lain-lain. Disamping itu, bab IV
pasal 19 peraturan pemerintah No.
19 tahun 2005 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Sesuai dengan isi
peraturan pemerintah diatas, maka ada sejumlah prinsip khusus dalam pengelolaan
pembelajaran, sebagai berikut :
·
Interaktif
Prinsip interaktif
mengandung makna bahwa mengajar bukan hanya sekadar menyampaikan pengetahuan
dari guru ke siswa akan tetapi mengajar dianggap sebagai proses mengatur lingkungan
yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Melalui proses interaksi,
memunggkinkan kemampuan siswa akan berkembang baik mental maupun intelektual.
·
Inspiratif
Proses pembelajaran
adalah proses inspiratif, yang memungkinkan siswa untuk mencoba dan melakukan
sesuatu.berbagai macam informasi dan proses pemecahan masalah dalam
pembelajaran bukan harga mati yang bersifat mutlak, tetapi merupakan hipotesis
yang merangsang siswa untuk mau dan mencobanya.
·
Menyenangkan
Proses pembelajaran
adalah proses yang dapat mengembangkan seluruh potensi siswa yang dapat
terwujud jika siswa terbebas dari rasa takut, dan menegangkan. Proses
pembelajaran yang menyenangkan dapat dilakukan dengan, pertama, dengan menata ruangan yang apik dan menarik,yang memenuhi
unsur kesehatan seperti pengaturan cahaya, adanya ventilasi, serta memenuhi
unsur keindahan misalnya cat tembok yang bersih, bebas dari debu, dan
sebagainya. Kedua, melalui
pengelolaan pembelajaran yang hidup dan bervariasi, yakni dengan menggunakan
pola dan model pembelajaran, media, dan
sumber belajar yang relevan serta gerakan-gerakan guru yang mampu
memberikan motivasi belajar siswa.
·
Menantang
Proses pembelajaran
merupakan proses yang menantang bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan
berfikir. Kemampuan tersebut dapat dikembangkan melalui rasa ingin tahu siswa.
Apapun yang dilakukan dan diberikan guru harus dapat merangsang siswa untuk
berfikir dan melakukan. Untuk itu dalam hal-hal tertentu sebaiknya guru
memberikann informasi yang “meragukan” sehingga karena keraguan itulah siswa
terangsang untuk membuktikannya.
·
Motivasi
Motivasi adalah aspek
yang sangat penting untuk membelajarkan siswa. Tanpa adanya motivasi, tidak
mungkin siswa memiliki kemampuan untuk belajar. Oleh karena itu, membangkitkan
motivasi merupakan salah satu peran dan tugas guru dalam setiap proses
pembelajaran.
Dari pemaparan prinsip-prinsip penggunaan strategi
pembelajaran dalam konteks standar proses pendidikan tersebut diatas strategi
pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas peserta didik dapat memenuhi
prinsip-prinsip diatas sehingga strategi pembelajaran yang berorientasi pada
aktivitas peserta didik dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran yang
sifatnya banyak membutuhkan peran serta siswa atau aktivitas siswa seperti
pembelajaran berdasarkan pemecahan masalah, contohnya diskusi dan lainnya.
II.4.
LANGKAH PELAKSANAAN STRATEGI PEMBELAJARAN YANG BERORIENTASI PADA AKTIVITAS
SISWA
Strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas
peserta didik sebagai sebuah strategi pembelajaran yang merupakan suatu
perencanaan memiliki langkah-langkah pelaksanaannya. Berikut ini
langkah-langkah pelaksanaan strategi pembelajaran :
1.
Guru membuka
kegiatan pembelajaran sebagai langkah awal prapembelajaran, dengan memberikan
motivasi kepada siswa.
2.
Guru sedikit
menjelaskan kompetensi yang akan dicapai dan menyebutkan sarana atau alat
pendukung yang dibutuhkan. Kemudian siswa berdiskusi dan mencari sumber belajar
dan alat pendukung yang berkaitan dengan kompetensi yang akan dicapai tersebut.
Guru juga selalu memotivasi siswa untuk terus terlibat dan berpartisipasi dalam
aktivitas pemecahan masalah yang dipilih. Sehingga tidak hanya guru yang
merumuskan tujuan pembelajaran, tetapi siswa juga ikut menentukan dan
merumuskan tujuan pembelajaran.
3.
Guru membantu
siswa mendefinisikan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan
massalah tersebut ( menetapkan topic, tugas, jadwal dll).
4.
Guru dan siswa menyusun
tugas-tugas belajar bersama-sama. Artinya, tugas-tugas apa yang sebaiknya
dikerjakan oleh siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, tidak hanya
ditentukan guru tetapi juga siswa. Hal ini dilakukan untuk memupuk tanggung
jawab siswa. Biasanya manakala siswa terlibat dalam menentukan jenis tugas dan batas akhir penyelesaiannya, siswa
akan lebih bertangguung jawab untuk mengerjakannya
5.
Siswa
mengumpulkan informasi yang sesuai masalah yang sedang didiskusikan untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
6.
Guru mengawasi
jalannya kegiatan pembelajaran dan membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan
penyelesaian tugas dan membantu siswa berbagi tugas dengan temannya.
7.
Guru memberikan
penjelasan terhadap materi yang sedang dipelajari dan memotivasi siswa untuk
mengajukan pertanyaan sebagai partisipasi aktif siswa. Kemudian siswa
bersama-sama dengan guru menarik kesimpulan dari kegiatan pembelajaran
tersebut.
II.5. UPAYA PEMECAHAN KASUS PEMBELAJARAN
Upaya
pemecahan kasus pembelajaran dalam strategi pembelajaran yang berorientasi pada
aktivitas siswa dapat pula disebut sebagai kegiatan yang dapat diterapkan dalam
kegiatan pembelajaran atau aplikasi strategi pembelajaran yang berorientasi
pada aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. Kegiatan-kegiatan tersebut
diantaranya yaitu :
1.
Mendengarkan dan
diskusi
Diskusi berarti kegiatan pemecahan masalah dengan
bertukar pikiran melalui pendapat-pendapat dari setiap anggota kelompok. Dalam
kegiatan diskusi sangat ditentukan oleh keterampilan mendengarkan.
2.
Pembelajaran
dengan metode Think Pair and Share
Dalam pembelajaran ini siswa dan guru saling memberi
dan menerima pemikiran-pemikiran melalui saran dan pendapat. Dalam pembelajaran
ini juga menggunakan metode diskusi.
3.
Pembelajaran
berdasarkan masalah
Dalam kegiatan pembelajaran ini guru dan siswa
memiliki peran yang sama hanya tugasnya yang berbeda. Guru dan siswa
bersama-sama menentukan tujuan pembelajaran sampai dengan merumuskan
kesimpulan.
BAB III
SIMPULAN
Strategi pembelajaran
dalam dunia pendidikan diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang
didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran
merupakan rencana tindakan atau rangkaian
kegiatan yang termasuk metode. Strategi pembelajaran juga disusun untuk
mencapai tujuan tertentu. Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan
strategi pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa tersebut, peserta
didik menjadi subjek pembelajaran karena yang menjadi sasaran pembelajaran
adalah aktivitas siswa dalam pembelajaran. Partisipasi atau aktivitas siswa
tersebutlah yang menjadi tolak ukur keberhasilan pembelajaran. Aktivitas siswa
yang dimaksud bukan hanya aktivitas fisik, mental, namun juga termasuk
aktivitas emosional dan intelektual sehingga aktivitas siswa tersebut adalah
secara optimal. Hal tersebut juga dikarenakan untuk mendapatkan hasil yang
seimbang dan terpadu antara kemampuan intelektual (kognitif), sikap (afektif),
dan keterampilan (psikomotor). Hal tersebut berarti dalam pembelajaran yang
berorientasi pada aktivitas siswa, pembentukan siswa secara utuh merupakan
tujuan utama dalam proses pembelajaran. Namun peran guru tidak kalah penting
karena guru juga sama-sama menjadi subjek pembelajaran. Dan juga dalam strategi
pembelajaran yang berorientasi pada aktivitas siswa guru tidak berperan sebagai
satu-satunya sumber belajar yang bertugas menuangkan materi pelajaran kepada
siswa, akan tetapi guru berperan sebagai penunjuk dan fasilitator dalam
memanfaatkan sumber belajar. Yang lebih penting lagi bahwa peran guru adalah
memfasilitasi agar siswa belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana
Prenada Media Group.