Kurikulum Menentukan Nasib Baik Hasil Pendidikan
Bahan ini cocok untuk Semua Sektor Pendidikan.
Tanggal: 3 Februari 2012
Judul Artikel: Kurikulum Menentukan Nasib Baik Hasil Pendidikan
Topik: KURIKULUM SEBAGAI ACUAN DASAR PENDIDIKAN NASIONAL
Tanggal: 3 Februari 2012
Judul Artikel: Kurikulum Menentukan Nasib Baik Hasil Pendidikan
Topik: KURIKULUM SEBAGAI ACUAN DASAR PENDIDIKAN NASIONAL
Artikel:
Sampai sekarang
pendidikan kita masih compang-camping karena sering terjadi perubahan
kurikulum. Setiap pergantian menteri maka pasti terjadi perubahan yang
buntutnya malah membuat bingung pelaku pendidikan. Padahal kurikulum seharusnya
tidak boleh berubah, ibaratnya pejabat berikutnya tinggal melanjutkan apa yang
telah ditinggalkan oleh pendahulunya, tetapi mungkin karena rasa gengsi yang
salah kaprah dari beliaunya sehingga agak malu hati jika tidak melakukan
perubahan, alias ingin disebut meninggalkan jasa kelak. Sedikit panas dan
memerahkan telinga memang ,tapi inilah kenyataan.
Seharusnya sebuah
kurikulum dipatenkan selama beberapa lama agar dapat dilihat hasil dari
pembelajaran tersebut. Jika kita melihat kenegara lain yang lebih maju, mereka
memiliki SDM yang bagus, itu karena siswa mereka tidak dibuat bingung oleh
perubahan yang begitu cepat. Kurikulum yang lama belum terserap langsung sudah
terganti. Hal lain adalah banyaknya pemborosan biaya pendidikan termasuk untuk
mencetak buku-buku yang pada akhirnya tidak terpakai,padahal seharusnya dapat
digunakan untuk membiayai bidang-bidang lain dalam sektor pendidikan misalnya
kesejahteraan guru, sehingga tidak akan terdengar lagi nada miris tentang nasib
guru yang nyambi kerja jadi tukang ojek untuk mempertahankan asap dapur agar
tetap ngepul.
Guru yang konsentrasi
bekerja, tentunya akan dapat menghasilkan mutu yang bagus disamping tentunya
tetap didukung oleh kurikulum yang tetap. Sebab bisa saja terjadi guru yang
berada jauh dipedalaman tidak mengetahui lagi adanya perubahan sehingga
otomatis tertinggal jauh akibatnya mutu pendidikan jadi timpang. Mungkin
saatnya para orang pintar di Indonesia memikirkan mulai sekarang untuk
menentukan takaran baku kurikulum ini sehingga kita bisa terangkat dan bukan
menjadi pecundang terus. Ingat, kita masih berada di bawah negara Vietnam.
Negara yang baru pulih dari luka perang, sedangkan kita katanya sudah lama
merdeka tapi masih asyik cuma mengutak atik yang sudah lama seperti anak yang
menderita autis, asyik dengan dirinya sendiri tanpa menghiraukan orang lain
yang penting asyik sendiri dan bisa meninggalkan sesuatu....kelak.
Katanya kurikulum berubah. Tapi pola ngajar guru banyak yang tidak berubah, ini makin nambah bingung anak2.
BalasHapusAnak saya kelas 5 SD, sy sampai stres liat bahan ajar yang banyaknya minta ampun. Sementara tdk ada peningkatan mutu guru. Pontang-panting kami mengejar supaya bahan bisa selesai di rumah, sementara di sekolah bahannya tidak pernah habis. Entah saking banyaknya atau gurunya yg tdk bisa/tahu caranya menghabiskan bahan seabreg2 itu, atau kedua2nya.
Btw, nice posting ^__^
ya inilah kenyataan yang harus kita terima di negara BBM (benar bena mabok) kita ini,
Hapusntah sistem kita yang salah atau kah orang yang menjlankan sistem yang salah...
sungguh mengenaskan nasib pendidikan di negara kita ini???
terimakaih kunjungannya.